Wednesday, 24 April 2013

Cantik ala Kartini

Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya. - R. A. Kartini

Wanita, sosoknya tak pernah terlepas dari peran-peran vital bagi sebuah peradaban. Kiprahnya selalu jadi sebentuk aksi yang dinantikan. Kelembutan kasih sayangnya adalah sesuatu yang tak mampu tergantikan oleh kebaikan dalam wujud apapun. Kecantikannya merupakan keistimewaan tersendiri yang akan selalu dimiliki.

Seperti yang dipesankan oleh seorang Kartini, wanita merupakan sosok yang cerdas. Wanita kini dan nanti adalah pribadi yang senantiasa berwawasan luas dan terbuka dalam paradigma. Ketertinggalan harus sudah menjadi masa lalu bagi seorang wanita. Apapun profesi dan peranan yang dijalani oleh wanita Indonesia masa kini, penting baginya untuk senantiasa mengaktualisasi diri.

Memang sudah selayaknya wanita Indonesia tidak lagi hidup dalam dunia nenek moyangnya, begitulah pesan seorang Kartini. Namun, perlu digaris bawahi bahwa dunia nenek moyang yang dimaksud di sini ialah pandangan-pandangan primitif yang cenderung menempatkan wanita di posisi terbelakang. Paham-paham kuno yang seolah memenggal kesempatan bagi para wanita untuk berkembang dan berkarya sebagaimana kaum pria.

Wanita Indonesia kini dijamin kemerdekaannya untuk belajar dan mengaktualisasikan diri dengan perkembangan zaman. Kebebasan ini merupakan sebuah peluang berharga yang wajib dimanfaatkan oleh setiap wanita di manapun ia berkarya. Sebuah kebebasan yang menjadi milik setiap wanita Indonesia tanpa terkecuali.

Namun, dalam kemerdekaan dan kebebasan bagi kaum wanita juga terdapat satu hal penting. Kebebasan berkarya yang diharapkan oleh sosok Kartini bukanlah kebebasan tanpa batas. Bukanlah sebuah peluang tanpa ketentuan dan persyaratan yang berlaku. Kartini memang bertekad kuat demi memperoleh kesempatan bagi kaum wanita untuk juga mengenyam pendidikan seperti kaum pria waktu itu. Tapi di sisi lain, Kartini juga tetap memelihara keyakinannya sebagai seorang wanita Indonesia. Beliau menyadari betul fitrah seorang wanita dilahirkan ke muka bumi. Wanita yang dihadirkan untuk menjadi penyeimbang kehidupan manusia. Menjadi penyelaras harmoni kehidupan, dengan segala kelembutan sifat dan kesantunan sikap. Wanita adalah simbol kontrol sosial.

Menjadi wanita yang merdeka bukan berarti bebas bertindak semaunya. Tetap ada batasan yang tidak boleh dilampaui oleh kaum wanita. Meski tidak menyetujui pengekangan pada hak-hak wanita, Kartini pun tidak membenarkan pemberontakan dari kaum wanita itu sendiri. Tindakan pembantahan secara brutal dan membabi buta, bukanlah suatu tindakan yang pantas dilakukan oleh seorang wanita. Etika dan tata krama merupakan hal yang tetap wajib dijunjung tinggi oleh para wanita, sekalipun ketika hendak menyampaikan pertidaksetujuan atas suatu perkara.

Wanita bukanlah pembangkang. Bukan seorang yang rakus kekuasaan ataupun haus popularitas. Wanita tercipta sebagai pendukung setia. Sosok penenteram jiwa serta peneduh hati. Sebagai ibu, istri, juga anak perempuan. Ketiganya membutuhkan kemampuan khusus dari para wanita untuk mampu menempatkan diri pada posisi yang tepat. Tidak menandingi sang imam, namun juga bisa memberi pertimbangan yang solutif pada pemimpinnya. Pandai mengkomunikasikan segala pendapat dan pemikirannya dengan cara yang santun dan beretika.

Begitulah wanita. Satu-satunya penyandang predikat manusia tercantik di muka bumi. Kecantikan seperti yang dicerminkan oleh seorang Kartini. Kecantikan yang bersumber pada kemuliaan akhlak dan kebersihan hati, yang dipadu dengan kecerdasan serta keterbukaan pemikiran. Wanita-wanita hebat yang kehadirannya akan selalu dirindukan di manapun itu.

Image taken from:
http://www.vemale.com/inspiring/lentera/21260-10-kutipan-inspiratif-r-a-kartini-habis-gelap-terbitlah-terang.html 

2 comments:

  1. numpang lewat....
    ...waa asyik euy keknya nulisnya rajin >_<
    lanjutkaan...!

    ReplyDelete
  2. alhamdulillah... makasih sudah diingatkan untuk lebih produktif nulis lagi... :)

    ReplyDelete