Saturday, 20 April 2013

Siapa Wanita Tercantik di Dunia?



Brain, beauty, and behavior. Itulah slogan yang sering digunakan untuk merepresentasikan nilai tambah yang wajib dimiliki oleh seorang wanita dalam suatu kontes kecantikan. Tiga hal yang menjadi kualifikasi dasar bagi seorang wanita untuk berhak dinobatkan sebagai wanita tercantik di dunia. Ribuan wanita dari berbagai negara di dunia pun berbondong-bondong berpartisipasi untuk meloloskan diri sebagai perwakilan dari negaranya dalam ajang internasional tersebut. Semacam menjadi pilihan yang begitu menggiurkan bagi sejumlah besar wanita di dunia.

Hal itulah yang kini tampak menjadi tren di berbagai belahan dunia. Kontes-kontes kecantikan serupa makin marak diselenggarakan, mulai dari tingkat daerah sampai dengan taraf internasional. Meski konsep yang diterapkan berbeda-beda secara teknis untuk masing-masing wilayah penyelenggara, namun substansinya tetap sama yakni menilai dan memilih wanita tercantik dari ribuan kontestan. Penilaian secara praktis pada kepribadian seorang wanita hanya demi meraih sebuah gelar yang hanya bisa disandang selama 1 tahun.

Kecerdasan, kecantikan, dan kemuliaan perilaku seolah menjadi hal yang mudah untuk dinilai dari seorang wanita dalam waktu yang relaif singkat. Segalanya pun seperti rela dilakukan oleh setiap kontestan untuk mampu menunjukkan keunggulan masing-masing dalam ketiga kualifikasi tersebut. Bahkan tak sedikit wanita yang rela menanggalkan hijabnya demi memperlihatkan kecantikan mahkotanya. Tampaknya ajang kontes kecantikan semacam ini telah memberi pengaruh yang cukup signifikan pada sejumlah wanita.

Tren ini bisa jadi mampu mengubah paradigma para wanita mengenai sosok wanita panutan bagi mereka. Hal ini mungkin juga dialami oleh wanita Indonesia. Jika di masa perjuangan dulu wanita Indonesia memiliki sosok R.A. Kartini sebagai tokoh yang telah memperjuangan kemerdekaan perempuan, maka bisa jadi saat ini di mata sebagian besar wanita di Indonesia sosok tersebut telah tergantikan oleh puteri-puteri cantik yang telah berhasil menjuarai kontes kecantikan tersebut.

Dapat dibayangkan ketika perjuangan seorang Kartini di masa-masa sulit seperti dulu, dengan tulisan-tulisannya yang mampu menggerakkan hati orang-orang di sekitarnya saat itu. Hingga kini wanita Indonesia telah dapat merasakan hak-hak asasi yang sama seperti kaum pria, dapat dengan bebas merdeka memilih jalan hidup mereka masing-masing. Lantas sosok pejuang wanita itu tergantikan begitu saja oleh wanita-wanita modern masa kini jebolan kontes-kontes kecantikan ternama, yang melejitkan namanya hanya dalam waktu semalam. Betapa sebuah substitusi yang tak sebanding.

Sejatinya kecerdasan, kecantikan, dan kemuliaan perilaku tidak hanya bisa dimiliki oleh para puteri tercantik di dunia tersebut. Tapi juga seluruh wanita di muka bumi ini sebenarnya terlahir dengan cikal bakat cerdas, cantik, dan berakhlak mulia. Tentunya dengan cara masing-masing. Kontes kecantikan sesungguhnya hanya menyempitkan kategori cantik itu sendiri. Mengkotak-kotakkan paradigma manusia mengenai kadar kecantikan yang sebenarnya. Dengan adanya kontes kecantikan, orang-orang kemudian akan dipaksa menyepakati bahwa wanita cantik itu ialah seperti para kontestan. Padahal entah siapa yang telah menetapkan standar kecantikan dalam kontes kecantikan tersebut.

Cerdas, cantik, dan berakhlak mulia tentunya bisa dicapai oleh wanita manapun di negeri ini yang menginginkannya. Tentunya jika ketiga parameter tersebut tidak dikerucutkan pada satu standar penilaian saja. Setiap wanita bisa jadi cantik dengan caranya sendiri. Tidak mesti menjadi sosok seperti para wanita yang mengikuti ajang kontes kecantikan.

Karya dan bakti pada masyarakat juga tidak hanya bisa dilakukan oleh seorang wanita tercantik di dunia. Sebagaimana diketahui bahwa biasanya seorang wanita yang telah memenangkan kontes kecantikan akan menjalani tugas sosial selama 1 tahun. Wanita manapun di dunia ini juga bisa melakukan hal itu jika mereka mau. Karena sebenarnya banyak sekali sudut masyarakat di dunia ini yang membutuhkan kepedulian dari wanita-wanita cerdas yang mampu mengulurkan tangan penuh kepeduliannya. Bahkan pengabdian sosial tersebut dapat dilakukan sampai kapanpun, tidak terbatas hanya selama 1 tahun.

Oleh karena itu, sesungguhnya tak ada alasan bagi wanita manapun di dunia ini untuk berkecil hati hanya karena tidak tampil serupa dengan wanita-wanita peraih gelar puteri tercantik di dunia. Bukankah seorang istri pasti terlihat paling cantik di mata suaminya? Bukankah seorang ibu juga adalah wanita tercantik bagi puteranya? Kecantikan itu pun sesungguhnya bisa senantiasa diperjuangkan dalam proses, tentunya dengan menerapkan standar kecantikan yang hakiki. Bukan hanya seperti yang distandarkan dalam kontes kecantikan. Kecantikan yang datangnya dari dalam diri, alami, dan tercermin dalam kemuliaan budi pekerti. Karena siapapun bisa jadi Kartini masa kini, siapapun bisa jadi wanita tercantik bahkan tidak hanya di dunia ini.

Image taken from:
http://jacentabarel.files.wordpress.com/2010/10/missworld2010pageant.jpg

No comments:

Post a Comment