Gadis yang pikirannya
sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi
hidup di dalam dunia nenek moyangnya. - R. A. Kartini
Wanita, sosoknya tak pernah terlepas dari peran-peran vital bagi
sebuah peradaban. Kiprahnya selalu jadi sebentuk aksi yang dinantikan.
Kelembutan kasih sayangnya adalah sesuatu yang tak mampu tergantikan oleh
kebaikan dalam wujud apapun. Kecantikannya merupakan keistimewaan tersendiri
yang akan selalu dimiliki.
Seperti yang dipesankan oleh seorang Kartini, wanita merupakan sosok
yang cerdas. Wanita kini dan nanti adalah pribadi yang senantiasa berwawasan
luas dan terbuka dalam paradigma. Ketertinggalan harus sudah menjadi masa lalu
bagi seorang wanita. Apapun profesi dan peranan yang dijalani oleh wanita
Indonesia masa kini, penting baginya untuk senantiasa mengaktualisasi diri.
Memang sudah selayaknya wanita Indonesia tidak lagi hidup dalam dunia
nenek moyangnya, begitulah pesan seorang Kartini. Namun, perlu digaris bawahi
bahwa dunia nenek moyang yang dimaksud di sini ialah pandangan-pandangan
primitif yang cenderung menempatkan wanita di posisi terbelakang. Paham-paham
kuno yang seolah memenggal kesempatan bagi para wanita untuk berkembang dan berkarya
sebagaimana kaum pria.
Wanita Indonesia kini dijamin kemerdekaannya untuk belajar dan
mengaktualisasikan diri dengan perkembangan zaman. Kebebasan ini merupakan
sebuah peluang berharga yang wajib dimanfaatkan oleh setiap wanita di manapun
ia berkarya. Sebuah kebebasan yang menjadi milik setiap wanita Indonesia tanpa
terkecuali.
Namun, dalam kemerdekaan dan kebebasan bagi kaum wanita juga terdapat
satu hal penting. Kebebasan berkarya yang diharapkan oleh sosok Kartini
bukanlah kebebasan tanpa batas. Bukanlah sebuah peluang tanpa ketentuan dan
persyaratan yang berlaku. Kartini memang bertekad kuat demi memperoleh
kesempatan bagi kaum wanita untuk juga mengenyam pendidikan seperti kaum pria
waktu itu. Tapi di sisi lain, Kartini juga tetap memelihara keyakinannya
sebagai seorang wanita Indonesia. Beliau menyadari betul fitrah seorang wanita
dilahirkan ke muka bumi. Wanita yang dihadirkan untuk menjadi penyeimbang
kehidupan manusia. Menjadi penyelaras harmoni kehidupan, dengan segala
kelembutan sifat dan kesantunan sikap. Wanita adalah simbol kontrol sosial.
Menjadi wanita yang merdeka bukan berarti bebas bertindak semaunya.
Tetap ada batasan yang tidak boleh dilampaui oleh kaum wanita. Meski tidak
menyetujui pengekangan pada hak-hak wanita, Kartini pun tidak membenarkan
pemberontakan dari kaum wanita itu sendiri. Tindakan pembantahan secara brutal
dan membabi buta, bukanlah suatu tindakan yang pantas dilakukan oleh seorang
wanita. Etika dan tata krama merupakan hal yang tetap wajib dijunjung tinggi
oleh para wanita, sekalipun ketika hendak menyampaikan pertidaksetujuan atas
suatu perkara.
Wanita bukanlah pembangkang. Bukan seorang yang rakus kekuasaan ataupun
haus popularitas. Wanita tercipta sebagai pendukung setia. Sosok penenteram
jiwa serta peneduh hati. Sebagai ibu, istri, juga anak perempuan. Ketiganya
membutuhkan kemampuan khusus dari para wanita untuk mampu menempatkan diri pada
posisi yang tepat. Tidak menandingi sang imam, namun juga bisa memberi
pertimbangan yang solutif pada pemimpinnya. Pandai mengkomunikasikan segala pendapat
dan pemikirannya dengan cara yang santun dan beretika.
Begitulah wanita. Satu-satunya penyandang predikat manusia tercantik
di muka bumi. Kecantikan seperti yang dicerminkan oleh seorang Kartini. Kecantikan
yang bersumber pada kemuliaan akhlak dan kebersihan hati, yang dipadu dengan
kecerdasan serta keterbukaan pemikiran. Wanita-wanita hebat yang kehadirannya
akan selalu dirindukan di manapun itu.
Image taken from:
http://www.vemale.com/inspiring/lentera/21260-10-kutipan-inspiratif-r-a-kartini-habis-gelap-terbitlah-terang.html
numpang lewat....
ReplyDelete...waa asyik euy keknya nulisnya rajin >_<
lanjutkaan...!
alhamdulillah... makasih sudah diingatkan untuk lebih produktif nulis lagi... :)
ReplyDelete