Dahulu kala, tersebutlah
sebuah kerajaan di dataran Indonesia. “Kerajaan Arta Sastra Graha” namanya.
Kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang raja nan arif bijaksana bernama Raja Sri
Adyaksa. Beliau tak lagi menyanding sang Ratu tercinta.
Sebab sang pujaan hati telah kembali ke sisi “Sang Pencipta” setelah melahirkan
buah cinta mereka ke dunia. Sang Raja pun kini hanya memiliki seorang putera
yang akan menduduki tahta kerajaan setelah Beliau memasuki masa tuanya. Sang
Putera Mahkota bernama Pangeran Satria Adi Wijaya.
Raja
Sri Adyaksa memerintah kerajaannya dengan arif bijaksana. Sehingga tak heran
jika semua rakyat hidup dengan makmur, tenteram, dan sejahtera. Hal itulah yang
membuat Sang Raja begitu disegani oleh setiap rakyat. Namanya begitu tersohor
di seluruh Indonesia. Hampir semua kerajaan di pelosok nusantara mengenal
Kerajaan Arta Sastra Graha dan pemimpinnya, Raja Sri Adyaksa.
Tersebut pula sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang
ratu yang begitu buruk budinya. Ratu Hanung Lembayung namanya. Ia memerintah
kerajaannya dengan penuh kesewenangan. Itulah yang membuat rakyatnya
meninggalkan kerajaan tersebut dan lebih memilih menetap di Kerajaan Arta
Sastra Graha. Hal itu membuat Sang Ratu murka. Ia pun bermaksud untuk
menghentikan kejayaan kerajaan nan kaya tersebut.
Di saat yang sama, Raja Sri Adyaksa beserta penasehat
kerajaan, Ki Arya Wilaksana, sedang membicarakan masa depan Kerajaan Arta
Sastra Graha. Raja memutuskan untuk membicarakan hal tersebut, karena Beliau
merasa sudah tiba waktunya untuk meletakkan tahta, mengingat kondisi tubuhnya
yang kian renta.
Tanpa disadari ternyata Ratu Hanung Lembayung telah
mengetahui hal tersebut melalui penglihatan gaibnya. Saat itulah terlintas
dibenaknya sebuah rencana keji yang menurutnya dapat menghancurkan Kerajaan
Arta Sastra Graha dalam sekejap. Ratu Hanung Lembayung yang mengetahui bahwa
hanya Pangeran Satria Adi Wijaya lah yang akan menjadi penerus kerajaan,
menyusun rencana jahat untuk melenyapkan Sang Putera Mahkota dari muka bumi.
Dengan kekuatan sihirnya, ia menjelma menjadi seorang nenek tua yang miskin dan
menawarkan segelas minuman kepada Pangeran yang kala itu sedang berburu bersama
dua orang Aryanya, Salman dan Salmun. Setelah pangeran meneguknya sampai habis,
pangeran pun terjatuh sakit, sementara Si Nenek menghilang di tengah hutan
bagaikan bayangan.
Sang Putera Mahkota kini terbaring lemah di tempat
tidurnya yang mewah. Bagaimana masa depan Kerajaan Arta Sastra Graha tanpa
seorang penerus yang akan memimpinnya kelak?
Babak I
Di Kerajaan Arta Sastra Graha
Raja :
Apa saja yang kalian lAkukan? Kalian kuperintahkan untuk menjaga keselamatan
Pangeran baik-baik. Tapi lihat! PuterAku satu-satunya kini sedang terbaring
sakit.
Salman : Ma…maafkan kami, Baginda. Kami
sangat menyesal karena tidak dapat melindungi Pangeran.
Salmun : Kami hanyalah dua orang Arya yang
bodoh, Baginda. Kami mudah terpengaruh oleh tipu daya.
Salman
& Salmun : Maafkan kami, Baginda. Maafkan kami.
Raja : Kita harus segera
menyembuhkan Pangeran demi masa depan kerajaan kita. Tapi…. apa yang harus kita
lAkukan? Ki Arya Wilaksana, dapatkah Anda memberi saran?
Penasehat : (terdiam sejenak, lalu berdiri) Persoalan
ini memang sulit untuk diselesaikan. Apabila kita tidak dapat menyembuhkan
Pangeran, maka kerajaan akan terancam.
Raja : Anda benar, Ki. Kita harus
segera bertindak untuk menyelamatkan jiwa Pangeran sekaligus menyelamatkan masa
depan kerajaan. Dapatkah Anda melakukan sesuatu Ki Arya Wilaksana?
Penasehat : Hamba akan berusaha semaksimal mungkin,
Baginda. Hamba mohon undur diri.
Raja :
(menganggukkan kepala)
Babak II
Di kerajaan Ratu Hanung Lembayung
Ratu : (tertawa terbahak-bahak) Hah! Aku
telah berhasil melenyapkan satu-satunya penerus Kerajaan Arta Sastra Graha.
Pangeran Satria Adi Wijaya telah telah menelan racun kutukanku yang telah
kusamarkan dalam jamu palsu itu. (tertawa terbahak-bahak) Tidak lama lagi
penyakit Pangeran akan semakin parah dan dia akan mati. Pada akhirnya, Kerajaan
Arta Sastra Graha akan runtuh. Kemudian rakyatku akan kembali ke kerajaanku
untuk kuperbudak kembali. (tertawa lagi) Ternyata Aku tidak hanya keji, tapi Aku
juga cerdik. (tertawa lagi)
Babak III
Di ruangan Penasehat Kerajaan
Raja : (memasuki ruangan dengan
diikuti Salman & Salmun) Bagaimana, Ki? Apakah Anda sudah mendapatkan jalan
keluar yang terbaik bagi kerajaan kita? (lalu duduk di kursi)
Penasehat : Begini, Baginda. Hamba baru saja mencoba
untuk mencari tahu siapa dalang di balik semua ini melalui mata batin Hamba.
Raja :
Kalau begitu keterangan apa yang telah berhasil Anda dapatkan?
Paenasehat :
Ternyata dalang di balik petaka ini adalah Ratu Hanung Lembayung.
Raja : (terkejut bercampur marah,
lalu bangkit dari kursi) Ratu Hanung Lembayung? Ini benar-benar sulit
dipercaya. Apa gerangan yang memicu perbuatan kejinya itu?
Penasehat : Rupanya Ratu Hanung Lembayung merasa
iri terhadap kejayaan Kerajaan Arta Sastra Graha, Baginda. Ia pun sekaligus
ingin merebut rakyat-rakyatnya yang yang telah hijrah ke kerajaan ini.
Raja : Rupanya begitu. Seharusnya ia
tidak pantas berbuat demikian. Karena rakyatnya yang pergi meninggalkannya, itu
karena perbuatannya yang semena-mena. Manusia sekeji dia tidak pantaslah kita
sebut sebagai ratu. (menuju tempat duduknya) Lalu bagaimana cara untuk
menghentikan rencana busuknya itu?
Penasehat : Ratu Hanung Lembayung telah berhasil
memasukkan racun ke dalam tubuh Pangeran. Racun itu menyebabkan Pangeran
menderita penyakit kutukan yang mematikan. Penyakit itu akan terus menggerogoti
tubuh Pangeran, bahkan akan merusak keadaan fisik Pangeran. Jika tidak segera
disembuhkan, Pangeran akan meninggal dunia.
Raja : (dengan wajah sedih)
Benarkah, Ki? (menghela napas) Aku tidak sanggup menyaksikan penderitaan puterAku
semata wayang. Tolong, Ki. Lakukan sesuatu untuk menyelamatkan jiwanya.
Penasehat : (bangun, lalu melangkah perlahan) Hamba
tidak tahu apakah cara ini akan berhasil atau bahkan sebaliknya.
Raja :
Apakah cara yang Anda maksud, Ki?
Penasehat : Kutukan itu hanya bisa dipatahkan dengan
pusaka leluhur kerajaan kita. (mengambil sebuah kotak) Inilah pusaka yang saya
maksud, Baginda. (menyerahkannya pada Raja).
Raja :
Jadi selama ini kau yang menyimpannya?
Penasehat : Hamba bermaksud menjaga keutuhan dan
kerahasiaan pusaka leluhur yang sangat berharga ini, Baginda.
Raja : Aku mengerti. Lalu bagaimana
pusaka ini dapat menyelamatkan jiwa Pangeran?
Penasehat : Pusaka itu menyeimpan kekuatan yang
terpendam. Kekuatan itu hanya dapat muncul apabila pusaka tersebut berada di
tangan yang tepat dan dipergunakan oleh orang yang memiliki ketulusan hati.
Raja :
Tapi siapakah orang itu, Ki?
Penasehat : Dalam pertapaan, Hamba mendengar sesuatu
yang sangat mencengangkan. Di dalam mimpi Hamba, Hamba mendengar orang-orang
menyebut-nyebut nama Puteri Lima Bahasa.
Raja : Puteri Lima Bahasa? Belum
pernah sekalipun Aku mendengar nama itu. Siapakah dia?
Penasehat : Hamba hanya mendengar nama itu saja.
Tidak ada petunjuk lain yang berhasil Hamba dapatkan. Tapi firasat Hamba begitu
kuat, Baginda. Kita harus menemukan Puteri Lima Bahasa, karena hanya dia-lah
yang dapat menyelamatkan jiwa Pangeran.
Raja : Anda adalah orang kepercayaanku. Mana mungkin
Aku tidak mempercayai Anda. Hanya itu jalan keluar yang kita miliki. Jadi
lakukanlah.
Penasehat : Terima kasih atas kepercayaan Baginda
Raja kepada Hamba. Tapi menurut Baginda, siapakah yang mampu untuk melaksanakan
tugas yang tidak ringan ini?
Raja : (berpikir sejenak, melirik
kepada Salman & Salmun) Salman, Salmun, mendekatlah.
Salman : (Salman & Salmun mendekat) Ada
apa gerangan Baginda memanggil kami berdua?
Raja : Ada tugas penting yang harus
kalian laksanakan untuk menebus kesalahan kalian.
Salmun : Apapun akan kami lakukan untuk
menebus kesalahan kami, Baginda. Apakah kiranya tugas itu, Baginda?
Raja : (menyerahkan kotak pusaka
kepada Salman & Salmun) Terimalah benda ini.
Salman :
Apakah isi kotak inin, Baginda?
Raja :
Bukalah.
Salmun : (membuka kotak dan mengeluarkan
isinya) Apa sebenarnya lembaran ini, Baginda?
Raja :
Bacalah isinya.
Salman :
(membacanya keras-keras) Tampaknya ini sebait puisi, Baginda.
Penasehat : Ya. Lembaran itu berisi puisi cinta
pusaka leluhur Kerajaan Arta Sastra Graha.
Salmun : Lalu apa maksud Baginda Raja dan Tuan
Penasehat menyerahkan pusaka nan luhur kepada kami berdua?
Penasehat :
kalian harus menyerahkan pusaka itu kepada Puteri Lima Bahasa.
Salman : Tapi di manakah kami dapat
menemukan Sang Puteri, Tuan Penasehat?
Penasehat :
Sayangnya, Aku pun tidak tahu di mana keberadaan Sang Puteri.
Salmun :
Lalu, apa yang harus kami lakukan, Tuan?
Penasehat : Pergilah ke mana sja untuk menemukan
Puteri Lima Bahasa. Kalau perlu sampai ke penghujung dunia sekalipun.
Salman : (dengan wajah terkejut) Sampai
penghujung dunia? Tapi kami tidak yakin apakah kami mampu melakukannya, Tuan.
Penasehat : Percayalah bahwa kalian dapat menaklukkan
dunia untuk mencari Puteri Lima Bahasa. Baginda Raja telah memilih kalian
berdua untuk memikul tanggung jawab ini. Kini masa depan Kerajaan Arta Sastra
Graha dipertaruhkan dalam setiap langkah kaki kalian.
Salman & Salmun : (terdiam)
Raja :
Mengapa kalian terdiam?
Salmun : Ampun Baginda. Kami….., kami telah
memikirkannya. Dan kami….., kami bersedia menjalankan tugas itu sebagai cermin
bakti kami kepada kerajaan ini.
(Raja dan Penasehat tersenyum)
Raja :
Kalian bersungguh-sungguh?
Salman :
Ya, Baginda.
Raja : Kemantapan sudah melekat di
hati kalian. Waktu kita semakin sempit. Pergunakanlah setiap waktu yang kalian
miliki sebijak mungkin.
Salman & Salmun : Kami akan mengingatnya, Baginda. Kami mohon undur diri.
Raja :
Berjuanglah dan kembalilah bersama Puteri Lima Bahasa.
Babak IV
Di kerajaan Ratu Hanung Lembayung
Ratu : (membuka mata dari pertapaan)
Heh…. rupanya mereka menyusun rencana untuk menyerangku. Apa mereka pikir
mereka akan berhasil dengan mengutus dua orang abdi bodoh itu? Aku tidak akan
tinggal diam. Lihat saja nanti. Aku akan mendapatkan pusaka itu untuk
kumusnahkan. (tertawa terbahak-bahak)
Babak V
Salman dan Salmun melakukan perjalan yang sangat
jauh hingga ke berbagai negara di dunia.
Salmun : (beristirahat di bawah sebatang
pohon) Man, bagaimana ini? Sudah berbulan-bulan kita mencari, tapi sampai
sekarang masih nihil. Sebenarnya Puteri Lima Bahasa itu seperti apa, ya?
Salman : Kau kan tahu sendiri, bahwa Raja
dan Tuan Penasehat sama sekali tidak mengetahui tampang puteri itu.
Salmun : Tapi menurutku dia pasti sangat
cantik. Beruntung sekali pria yang akan mempersuntingnya kelak.
Salman : Ah…, Kau ini. Tidak pernah berubah.
Kerjamu hanya mengeluh dan berkhayal. Sudahlah, ayo kita lanjutkan pencarian.
(bangun dan meninggalkan Salmun)
Salmun :
Hei…., Man. Tunggu Aku.
Babak VI
Setelah mengelilingi pelosok dunia, Salman dan
Salmun masih belum dapat menemukan Puteri Lima Bahasa dan memutuskan untuk
kembali ke Indonesia.
Salman : (dalam perjalanan pulang) Mun,
ternyata tidak mudah ya, mencari Puteri Lima Bahasa. Kurasa Baginda Raja akan
kecewa pada kita apabila kita tidak membawa serta Sang Puteri ke kerajaan.
Salmun : Tidak hanya kecewa, Man. Mungkin saja
kita akan dipenggal apabila tidak membawa pulang Puteri Lima Bahasa.
Salman : Ah, Kau jangan berkata
sembarangan. Hei, mari kita beristirahat di sana.
Saat beristirahat mereka mendengar suara merdu
seorang gadis yang sedang menyanyikan beberapa buah tembang.
Salmun :
Hei, Man. Kau dengar tidak?
Salman :
Dengar apa?
Salmun :
Seseorang sedang bernyanyi.
Salman :
Iya, Mun. Suaranya….,suaranya indah sekali.
Salmun :
Pasti penyanyinya adalah seorang gadis yang sangat cantik.
Salman : Coba Kau dengarkan lagi, Mun.
Kedengarannya, gadis itu menyanyikan lagu-lagu dengan bahasa yang berbeda-beda.
Salmun : Betul, Man. Bahasanya berbeda-beda.
Jangan-jangan itu orang yang kita cari.
Salman :
Ayo kita cari sumber suara itu.
Salman dan Salmun mengikuti arah datanganya suara
hingga mereka sampai di tepi sungai.
Salmun : Lihat, Man. Ada seorang gadis cantik
sedang mencuci pakaian. Wah…, cantiknya!
Salman : Ayo kita dekati. (menyapa Sang
Gadis) Permisi. Bolehkah kami mengganggu nona sejenak.
Senandung :
Ya, ada yang bisa saya bantu?
Salmun :
Boleh kami mengetahui nama nona manis ini?
Salman :
Hus, jaga sikapmu. Maafkan atas ketidaksopanan kami.
Senandung :
(tersipu malu) Mmmm, nama saya Senandung.
Salmun :
Senandung? Nama yang indah, sesuai dengan pemiliknya.
Salman : Hei, hentikan rayuan gombalmu itu,
Salmun. Sebenarnya tadi kami sedang beristirahat di balik semak sana. Lalu
tanpa sengaja kami mendengar suara merdu nona yang sedang menyanyi. Oh, ya. Ada
satu hal yang ingin kami tanyakan.
Senandung :
Silahkan bertanya. Semoga saya bisa membantu.
Salman : Kalau kami tidak salah dengar,
kedengarannya tadi nona menyanyikan lagu dengan bahasa yang berbeda-beda.
Apakah hal itu benar?
Senandung : Benar sekali. Saya minta maaf apabila
senandung saya tadi kurang berkenan di hati Tuan-tuan.
Salmun : Oh, tidak. Tidak sama sekali. Malah
kami merasa sangat terhibur. Hanya saja kami sempat berpikir bahwa nona adalah
orang yang kami cari.
Senandung :
Apa maksud Tuan-tuan ini?
Salman : Sebenarnya kami sedang berada
dalam tugas yang amat penting. Kami harus menemukan seorang puteri yang
menguasai lima bahasa yang berbeda. Apakah nona ini orang yang kami cari?
Senandung : Saya akui memang saya mampu mengucapkan
lima bahasa yang berbeda. Mungkin itulah yang menyebabkan orang-orang memanggil
saya dengan sebutan Puteri Lima Bahasa, padahal saya hanyalah seorang rakyat
jelata.
Salmun : Ternyata benar, Man. Kita telah
berhasil menemukannya. (keduanya segera berlutut) Puteri, tolonglah kerajaan
kami.
Senandung : Aduh, mengapa Tuan-tuan berlutut seperti
ini? Tuan-tuan tidak perlu melakukannya.
Salman : Tidak, Puteri. Kami pantas
berlutut di hadapan Tuan Puteri. Kami mohon terimalah benda ini, Puteri.
Senandung :
Saya akan menerimanya apabila Tuan-tuan bersedia berdiri kembali.
Salmun : (keduanya bangkit) kami mendapat
tugas untuk menemukan Puteri. Putera mahkota di kerajaan kami terkena penyakit
kutukan yang mematikan. Apabila pangeran tidak dapat diselamatkan, maka
kerajaan kami pun akan hancur. Sebab Beliau adalah asatu-satunya pewaris tahta
kerajaan. Hanya Puteri dan pusaka inilah yang dapat menyembuhkan Pangeran.
Tiba-tiba Ratu Hanung Lembayung datang dan merebut
lembaran puisi dari tangan Puteri Lima Bahasa.
Ratu : (datang sambil tertawa)
Serahkan pusaka itu padaku. (merebutnya lalu mencabik-cabiknya) Sekarang kalian
tidak dapat menyelamatkan Pangeran. (tertawa) Selamat mengahadpi kehancuran!
(lalu pergi)
Salmun : Man, bagaimana ini? Puisi itu pusaka
kerajaan satu-satunya. Bagaimana kita bisa menyembuhkan Pangeran tanpa puisi
itu?
Senandung :
Sebenarnya apa yang harus saya lakukan pada puisi itu?
Salman : Puteri harus membacakannya di
hadapan Pangeran dengan menggunakan lima bahasa yang berbeda. Yang terpenting
Puteri harus membacakannya dengan penuh ketulusan hati.
Salmun :
Tapi puisi itu sekarang sudah hilang, Man.
Senandung : Sebenarnya tadi saya sudah sempat
membacanya, dan kini saya sudah tahu isi puisi itu.
Salmun : Benarkah, Puteri? Oh, syukurlah.
Kalau begitu mari sekarang kita segera menuju ke kerajaan.
Babak VII
Di Kerajaan Arta Sastra Graha
Raja : Sudah begitu lama mereka
meninggalkan kerajaan ini, tapi mengapa mereka tak kunjung kembali. Apa aku
telah melakukan kesalahan dengan mengutus mereka?
Penasehat : Hamba rasa Baginda telah membuat
keputusan terbaik dengan mengutus mereka.
Raja : Aku harap tak lama lagi
mereka kan datang membawa penyelamat bagi puteraku. (terbatuk-batuk)
Tak lama kemudian Salman & Salmun tiba bersa
Puteri Lima Bahasa.
Raja : Salman, Salmun, akhirnya
kalian kembali.
Salman : Ampun, Baginda. Karena kami datang
terlambat. Bagaimana keadaan Pangeran Satria Adi Wijaya, Baginda?
Raja : Keadaannya memburuk. Semakin
hari penyakitnya kian mengganas. Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi. Semua
tabib terbaik di negeri ini sudah mencoba, tapi hasilnya nihil.
Salmun : Baginda tidak perlu bersedih lagi
karena Putera Lima Bahasa sudah berada di kerajaan ini. (menunjuk ke arah
Senandung)
Raja :
Jadi kau orangnya?
Senandung : Saya akan mencoba membantu sesuai dengan
kemampuan saya, Baginda.
Raja :
Mari segera kita temui puteraku.
Babak VIII
Di kamar Pangeran
Senandung bertemu dengan Pangeran yang sudah amat
buruk wajahnya karena penyakit yang bertambah parah. Namun tak sedikitpun rasa
takut tampak di wajahnya yang cantik jelita.
Penasehat : Puteri, apakah Puteri sudah mengetahui
apa yang harus puteri lakukan?
Senandung :
Ya, saya telah mendengarnya dari Salman. Boleh saya mencobanya?
Puteri pun membacakan puisi itu dengan menggunakan
lima bahasa yang berbeda. Ia pun membacakannya dengan rasa cinta yang tulus
dtang dari dalam hatinya. Seketika itu pula penyakit Pangeran sirna, dan Pangeran
kembali menjadi pemuda yang sangat tampan.
Raja :
Puteraku, bagaimana keadaanmu?
Pangeran :
Baginda Raja. Rupanya Hamba sudah tak sadarkan diri terlalu lama.
Penasehat : Pangeran, inilah Puteri Lima Bahasa Yang
Telah menyelamatkan jiwa Pangeran.
Pangeran :
Jadi Puteri yang telah menyembuhkanku?
Senandung :
Saya hanya berusaha semampu saya.
Pangeran : Puteri, aku sangat berterima kasih pada
kebaikan Puteri. Entah dengan apa aku dapat membalasnya. Puteri, izinkan aku
mengatakan sesuatu.
Senandung :
Silahkan saja, Pangeran.
Pangeran :
Bersediakah Puteri menjadi penyelamat hidupku untuk selamanya?
Senandung : Sebaiknya Pangeran juga berterima kasih
kepada Salman dan Salmun. Merekalah yang telah berjuang dan bersusah payah
mencariku sampai ke penghujung dunia.
Pangeran :
Salman, Salmun, kuucapkan terima kasih atas jasa kalian.
Raja : Katakanlah permintaan kalian,
maka aku akan mengabulkannya sebagai tanda jasa bagi kalian.
Salmun :
Kami hanya minta satu hal, Baginda.
Raja :
Katakanlah.
Salman : Tuan Puteri, bersediakah Puteri
mengajarkan kami bahasa dan budaya negeri yang kaya ini? Kami merasa malu.
Karena sebagai orang Indonesia, kami justru tidak mengenal kebudayaan negeri
kami sendiri.
Salmun : Benar, Puteri. Kami selalu mencari
sesuatu di negeri orang lain. Sementara di negeri kami sendiri lebih banyak dan
tak kalah berkualitas. Betul tidak, Man?
Salman :
Betul sekali. Bagaimana Puteri? Tolong ajari kami, ya!
Senandung : Budaya bangsa adalah milik kita bersama.
Jadi, kalau bukan kita yang melestarikan, siapa lagi?
Babak IX
Di kerajaan Ratu Hanung Lembayung
Ratu : Tidak. Mengapa Puteri itu bisa
membacakan puisi cinta itu? Padahal aku telah melenyapkan puisi cinta itu.
(bercermin) Lihat kini penyakit itu malah berpindah kepadaku. Oh…, wajahku kini
telah hancur. Mengapa ini harus terjadi? (berteriak) Mengapa……..?
Akhirnya, Pangeran Satria Adi Wijaya
pun hidup bahagia bersama Puteri Senandung atau Puteri Lima Bahasa. Salman dan
Salmun pun kini giat mempelajari kebudayaan Indonesia, tanah air mereka.
Sementara Ratu Hanung Lembayung harus menghabiskan sisa usianya di kerajaannya
seorang diri. Ia pun harus berkelut dengan penyakit yang diciptakannya sendiri
seumur hidupnya.
Kerajaan
Arta Sastra Graha kini kembali menjadi kerajaan yang tenteram dan makmur di
bawah kepemimpinan Raja Satria Adi Wijaya. Raja Sri Adyaksa yang telah turun
tahta memilih menikmati masa tuanya dengan menimang cucu tercintanya dan
bercengkerama dengan sahabatnya, Ki Arya Wilaksana.
Senandung pun kini hidup bahagia sebagai seorang ratu
yang terus mewariskan kebudayaan Indonesia kepada seluruh rakyat di seluruh
pelosok negeri.
***TAMAT***
:)) Fanny dengan dunia imajinasinya
ReplyDeletekapan2 ni drama musti masuk daftar tayangan warga dunia
Addduuuhh.... aku terharu... mas Iqbal emang selalu bisa...;)
DeleteIni cuma permainan kecilku jaman SMA mas... cuma iseng karena emang aku suka banget....
Makasih atas apresiasinya ya Mas Iqbal.... pasti...
pasti semangat dari mas Iqbal bakal jadi salah satu alasanku untuk bikin yang kayak gini lagi dengan tema yang gak kalah seru...
aku juga pengen bgt bisa maen di panggung teater beneran kayak mas Iqbal waktu Riset dulu... keren banget... :D
wow, kalau ini merupakan kesenangan, natural, maka bisa jadi aset berharga Fan :)
Deletesipp, tak tunggu lho karya2 inspiratifmu berikutnya
kalo gitu ntar bikin semacem surat pengajuan tampil aja Fan di PPSMB tahun ini :D
tak dukung, kita bikin kelompok teater atau drama gitu misalnya
kelompok teater teknik??? wah, kedengerannya asik... tapi mungkinkah?? ilmu dan pengalaman aku masih minim banget di bidang itu mas... masih minder kalo mau menginisiasi... tapi seneng bgt kalo ada yang nawarin ikut main, walaupun cuma jadi penggembira... :)
DeleteIntinya, aku semangat bgt sih, kalo nantinya ada kelompok teater teknik yang kondusif dan inspiratif, soal cerita dan adegan2nya... cuma butuh massa aja nih mas, kayaknya...