Tuesday, 5 March 2013

Puteri Lima Bahasa

Dahulu kala, tersebutlah sebuah kerajaan di dataran Indonesia. “Kerajaan Arta Sastra Graha” namanya. Kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang raja nan arif bijaksana bernama Raja Sri Adyaksa. Beliau tak lagi menyanding sang Ratu tercinta. Sebab sang pujaan hati telah kembali ke sisi “Sang Pencipta” setelah melahirkan buah cinta mereka ke dunia. Sang Raja pun kini hanya memiliki seorang putera yang akan menduduki tahta kerajaan setelah Beliau memasuki masa tuanya. Sang Putera Mahkota bernama Pangeran Satria Adi Wijaya.
                        Raja Sri Adyaksa memerintah kerajaannya dengan arif bijaksana. Sehingga tak heran jika semua rakyat hidup dengan makmur, tenteram, dan sejahtera. Hal itulah yang membuat Sang Raja begitu disegani oleh setiap rakyat. Namanya begitu tersohor di seluruh Indonesia. Hampir semua kerajaan di pelosok nusantara mengenal Kerajaan Arta Sastra Graha dan pemimpinnya, Raja Sri Adyaksa.
            Tersebut pula sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang ratu yang begitu buruk budinya. Ratu Hanung Lembayung namanya. Ia memerintah kerajaannya dengan penuh kesewenangan. Itulah yang membuat rakyatnya meninggalkan kerajaan tersebut dan lebih memilih menetap di Kerajaan Arta Sastra Graha. Hal itu membuat Sang Ratu murka. Ia pun bermaksud untuk menghentikan kejayaan kerajaan nan kaya tersebut.
            Di saat yang sama, Raja Sri Adyaksa beserta penasehat kerajaan, Ki Arya Wilaksana, sedang membicarakan masa depan Kerajaan Arta Sastra Graha. Raja memutuskan untuk membicarakan hal tersebut, karena Beliau merasa sudah tiba waktunya untuk meletakkan tahta, mengingat kondisi tubuhnya yang kian renta.
            Tanpa disadari ternyata Ratu Hanung Lembayung telah mengetahui hal tersebut melalui penglihatan gaibnya. Saat itulah terlintas dibenaknya sebuah rencana keji yang menurutnya dapat menghancurkan Kerajaan Arta Sastra Graha dalam sekejap. Ratu Hanung Lembayung yang mengetahui bahwa hanya Pangeran Satria Adi Wijaya lah yang akan menjadi penerus kerajaan, menyusun rencana jahat untuk melenyapkan Sang Putera Mahkota dari muka bumi. Dengan kekuatan sihirnya, ia menjelma menjadi seorang nenek tua yang miskin dan menawarkan segelas minuman kepada Pangeran yang kala itu sedang berburu bersama dua orang Aryanya, Salman dan Salmun. Setelah pangeran meneguknya sampai habis, pangeran pun terjatuh sakit, sementara Si Nenek menghilang di tengah hutan bagaikan bayangan.
            Sang Putera Mahkota kini terbaring lemah di tempat tidurnya yang mewah. Bagaimana masa depan Kerajaan Arta Sastra Graha tanpa seorang penerus yang akan memimpinnya kelak?

Babak I
Di Kerajaan Arta Sastra Graha

Raja                 : Apa saja yang kalian lAkukan? Kalian kuperintahkan untuk menjaga keselamatan Pangeran baik-baik. Tapi lihat! PuterAku satu-satunya kini sedang terbaring sakit.

Salman            : Ma…maafkan kami, Baginda. Kami sangat menyesal karena tidak dapat melindungi Pangeran.

Salmun            : Kami hanyalah dua orang Arya yang bodoh, Baginda. Kami mudah terpengaruh oleh tipu daya. 

Salman & Salmun : Maafkan kami, Baginda. Maafkan kami.

Raja                 : Kita harus segera menyembuhkan Pangeran demi masa depan kerajaan kita. Tapi…. apa yang harus kita lAkukan? Ki Arya Wilaksana, dapatkah Anda memberi saran?

Penasehat     : (terdiam sejenak, lalu berdiri) Persoalan ini memang sulit untuk diselesaikan. Apabila kita tidak dapat menyembuhkan Pangeran, maka kerajaan akan terancam.

Raja                 : Anda benar, Ki. Kita harus segera bertindak untuk menyelamatkan jiwa Pangeran sekaligus menyelamatkan masa depan kerajaan. Dapatkah Anda melakukan sesuatu Ki Arya Wilaksana?

Penasehat     : Hamba akan berusaha semaksimal mungkin, Baginda. Hamba mohon undur diri.

Raja                 : (menganggukkan kepala)

Babak II
Di kerajaan Ratu Hanung Lembayung

Ratu                : (tertawa terbahak-bahak) Hah! Aku telah berhasil melenyapkan satu-satunya penerus Kerajaan Arta Sastra Graha. Pangeran Satria Adi Wijaya telah telah menelan racun kutukanku yang telah kusamarkan dalam jamu palsu itu. (tertawa terbahak-bahak) Tidak lama lagi penyakit Pangeran akan semakin parah dan dia akan mati. Pada akhirnya, Kerajaan Arta Sastra Graha akan runtuh. Kemudian rakyatku akan kembali ke kerajaanku untuk kuperbudak kembali. (tertawa lagi) Ternyata Aku tidak hanya keji, tapi Aku juga cerdik. (tertawa lagi)

Babak III
Di ruangan Penasehat Kerajaan

Raja                 : (memasuki ruangan dengan diikuti Salman & Salmun) Bagaimana, Ki? Apakah Anda sudah mendapatkan jalan keluar yang terbaik bagi kerajaan kita? (lalu duduk di kursi)

Penasehat     : Begini, Baginda. Hamba baru saja mencoba untuk mencari tahu siapa dalang di balik semua ini melalui mata batin Hamba.

Raja                 : Kalau begitu keterangan apa yang telah berhasil Anda dapatkan?

Paenasehat      : Ternyata dalang di balik petaka ini adalah Ratu Hanung Lembayung.

Raja                 : (terkejut bercampur marah, lalu bangkit dari kursi) Ratu Hanung Lembayung? Ini benar-benar sulit dipercaya. Apa gerangan yang memicu perbuatan kejinya itu?

Penasehat        : Rupanya Ratu Hanung Lembayung merasa iri terhadap kejayaan Kerajaan Arta Sastra Graha, Baginda. Ia pun sekaligus ingin merebut rakyat-rakyatnya yang yang telah hijrah ke kerajaan ini.

Raja                 : Rupanya begitu. Seharusnya ia tidak pantas berbuat demikian. Karena rakyatnya yang pergi meninggalkannya, itu karena perbuatannya yang semena-mena. Manusia sekeji dia tidak pantaslah kita sebut sebagai ratu. (menuju tempat duduknya) Lalu bagaimana cara untuk menghentikan rencana busuknya itu?

Penasehat     : Ratu Hanung Lembayung telah berhasil memasukkan racun ke dalam tubuh Pangeran. Racun itu menyebabkan Pangeran menderita penyakit kutukan yang mematikan. Penyakit itu akan terus menggerogoti tubuh Pangeran, bahkan akan merusak keadaan fisik Pangeran. Jika tidak segera disembuhkan, Pangeran akan meninggal dunia.

Raja                 : (dengan wajah sedih) Benarkah, Ki? (menghela napas) Aku tidak sanggup menyaksikan penderitaan puterAku semata wayang. Tolong, Ki. Lakukan sesuatu untuk menyelamatkan jiwanya.

Penasehat     : (bangun, lalu melangkah perlahan) Hamba tidak tahu apakah cara ini akan berhasil atau bahkan sebaliknya.

Raja                 : Apakah cara yang Anda maksud, Ki?

Penasehat     : Kutukan itu hanya bisa dipatahkan dengan pusaka leluhur kerajaan kita. (mengambil sebuah kotak) Inilah pusaka yang saya maksud, Baginda. (menyerahkannya pada Raja).

Raja                 : Jadi selama ini kau yang menyimpannya?

Penasehat     : Hamba bermaksud menjaga keutuhan dan kerahasiaan pusaka leluhur yang sangat berharga ini, Baginda.

Raja                 : Aku mengerti. Lalu bagaimana pusaka ini dapat menyelamatkan jiwa Pangeran?

Penasehat     : Pusaka itu menyeimpan kekuatan yang terpendam. Kekuatan itu hanya dapat muncul apabila pusaka tersebut berada di tangan yang tepat dan dipergunakan oleh orang yang memiliki ketulusan hati.

Raja                 : Tapi siapakah orang itu, Ki?

Penasehat     : Dalam pertapaan, Hamba mendengar sesuatu yang sangat mencengangkan. Di dalam mimpi Hamba, Hamba mendengar orang-orang menyebut-nyebut nama Puteri Lima Bahasa.

Raja                 : Puteri Lima Bahasa? Belum pernah sekalipun Aku mendengar nama itu. Siapakah dia?

Penasehat     : Hamba hanya mendengar nama itu saja. Tidak ada petunjuk lain yang berhasil Hamba dapatkan. Tapi firasat Hamba begitu kuat, Baginda. Kita harus menemukan Puteri Lima Bahasa, karena hanya dia-lah yang dapat menyelamatkan jiwa Pangeran.

Raja                 :  Anda adalah orang kepercayaanku. Mana mungkin Aku tidak mempercayai Anda. Hanya itu jalan keluar yang kita miliki. Jadi lakukanlah.

Penasehat     : Terima kasih atas kepercayaan Baginda Raja kepada Hamba. Tapi menurut Baginda, siapakah yang mampu untuk melaksanakan tugas yang tidak ringan ini?

Raja                 : (berpikir sejenak, melirik kepada Salman & Salmun) Salman, Salmun, mendekatlah.

Salman            : (Salman & Salmun mendekat) Ada apa gerangan Baginda memanggil kami berdua?

Raja                 : Ada tugas penting yang harus kalian laksanakan untuk menebus kesalahan kalian.

Salmun         : Apapun akan kami lakukan untuk menebus kesalahan kami, Baginda. Apakah kiranya tugas itu, Baginda?

Raja                 : (menyerahkan kotak pusaka kepada Salman & Salmun) Terimalah benda ini.

Salman                        : Apakah isi kotak inin, Baginda?

Raja                 : Bukalah.

Salmun         : (membuka kotak dan mengeluarkan isinya) Apa sebenarnya lembaran ini, Baginda?

Raja                 : Bacalah isinya.

Salman                        : (membacanya keras-keras) Tampaknya ini sebait puisi, Baginda.

Penasehat     : Ya. Lembaran itu berisi puisi cinta pusaka leluhur Kerajaan Arta Sastra Graha.

Salmun         : Lalu apa maksud Baginda Raja dan Tuan Penasehat menyerahkan pusaka nan luhur kepada kami berdua?

Penasehat        : kalian harus menyerahkan pusaka itu kepada Puteri Lima Bahasa.

Salman            : Tapi di manakah kami dapat menemukan Sang Puteri, Tuan Penasehat?

Penasehat        : Sayangnya, Aku pun tidak tahu di mana keberadaan Sang Puteri.

Salmun            : Lalu, apa yang harus kami lakukan, Tuan?

Penasehat        : Pergilah ke mana sja untuk menemukan Puteri Lima Bahasa. Kalau perlu sampai ke penghujung dunia sekalipun.

Salman            : (dengan wajah terkejut) Sampai penghujung dunia? Tapi kami tidak yakin apakah kami mampu melakukannya, Tuan.

Penasehat     : Percayalah bahwa kalian dapat menaklukkan dunia untuk mencari Puteri Lima Bahasa. Baginda Raja telah memilih kalian berdua untuk memikul tanggung jawab ini. Kini masa depan Kerajaan Arta Sastra Graha dipertaruhkan dalam setiap langkah kaki kalian.

Salman & Salmun       : (terdiam)

Raja                 : Mengapa kalian terdiam?

Salmun         : Ampun Baginda. Kami….., kami telah memikirkannya. Dan kami….., kami bersedia menjalankan tugas itu sebagai cermin bakti kami kepada kerajaan ini.

(Raja dan Penasehat tersenyum)

Raja                 : Kalian bersungguh-sungguh?

Salman                        : Ya, Baginda.

Raja                 : Kemantapan sudah melekat di hati kalian. Waktu kita semakin sempit. Pergunakanlah setiap waktu yang kalian miliki sebijak mungkin.

Salman & Salmun       : Kami akan mengingatnya, Baginda. Kami mohon undur diri.

Raja                 : Berjuanglah dan kembalilah bersama Puteri Lima Bahasa.

Babak IV
Di kerajaan Ratu Hanung Lembayung

Ratu                : (membuka mata dari pertapaan) Heh…. rupanya mereka menyusun rencana untuk menyerangku. Apa mereka pikir mereka akan berhasil dengan mengutus dua orang abdi bodoh itu? Aku tidak akan tinggal diam. Lihat saja nanti. Aku akan mendapatkan pusaka itu untuk kumusnahkan. (tertawa terbahak-bahak)

Babak V
Salman dan Salmun melakukan perjalan yang sangat jauh hingga ke berbagai negara di dunia.

Salmun         : (beristirahat di bawah sebatang pohon) Man, bagaimana ini? Sudah berbulan-bulan kita mencari, tapi sampai sekarang masih nihil. Sebenarnya Puteri Lima Bahasa itu seperti apa, ya?

Salman            : Kau kan tahu sendiri, bahwa Raja dan Tuan Penasehat sama sekali tidak mengetahui tampang puteri itu.

Salmun         : Tapi menurutku dia pasti sangat cantik. Beruntung sekali pria yang akan mempersuntingnya kelak.

Salman            : Ah…, Kau ini. Tidak pernah berubah. Kerjamu hanya mengeluh dan berkhayal. Sudahlah, ayo kita lanjutkan pencarian. (bangun dan meninggalkan Salmun)

Salmun            : Hei…., Man. Tunggu Aku.

Babak VI
Setelah mengelilingi pelosok dunia, Salman dan Salmun masih belum dapat menemukan Puteri Lima Bahasa dan memutuskan untuk kembali ke Indonesia.

Salman            : (dalam perjalanan pulang) Mun, ternyata tidak mudah ya, mencari Puteri Lima Bahasa. Kurasa Baginda Raja akan kecewa pada kita apabila kita tidak membawa serta Sang Puteri ke kerajaan.

Salmun         : Tidak hanya kecewa, Man. Mungkin saja kita akan dipenggal apabila tidak membawa pulang Puteri Lima Bahasa.

Salman            : Ah, Kau jangan berkata sembarangan. Hei, mari kita beristirahat di sana.

Saat beristirahat mereka mendengar suara merdu seorang gadis yang sedang menyanyikan beberapa buah tembang.

Salmun            : Hei, Man. Kau dengar tidak?

Salman                        : Dengar apa?

Salmun            : Seseorang sedang bernyanyi.

Salman                        : Iya, Mun. Suaranya….,suaranya indah sekali.

Salmun            : Pasti penyanyinya adalah seorang gadis yang sangat cantik.

Salman            : Coba Kau dengarkan lagi, Mun. Kedengarannya, gadis itu menyanyikan lagu-lagu dengan bahasa yang berbeda-beda.

Salmun         : Betul, Man. Bahasanya berbeda-beda. Jangan-jangan itu orang yang kita cari.

Salman                        : Ayo kita cari sumber suara itu.

Salman dan Salmun mengikuti arah datanganya suara hingga mereka sampai di tepi sungai.

Salmun         : Lihat, Man. Ada seorang gadis cantik sedang mencuci pakaian. Wah…, cantiknya!

Salman            : Ayo kita dekati. (menyapa Sang Gadis) Permisi. Bolehkah kami mengganggu nona sejenak.

Senandung      : Ya, ada yang bisa saya bantu?

Salmun            : Boleh kami mengetahui nama nona manis ini?

Salman                        : Hus, jaga sikapmu. Maafkan atas ketidaksopanan kami.

Senandung      : (tersipu malu) Mmmm, nama saya Senandung.

Salmun            : Senandung? Nama yang indah, sesuai dengan pemiliknya.

Salman            : Hei, hentikan rayuan gombalmu itu, Salmun. Sebenarnya tadi kami sedang beristirahat di balik semak sana. Lalu tanpa sengaja kami mendengar suara merdu nona yang sedang menyanyi. Oh, ya. Ada satu hal yang ingin kami tanyakan.

Senandung      : Silahkan bertanya. Semoga saya bisa membantu.

Salman            : Kalau kami tidak salah dengar, kedengarannya tadi nona menyanyikan lagu dengan bahasa yang berbeda-beda. Apakah hal itu benar?

Senandung   : Benar sekali. Saya minta maaf apabila senandung saya tadi kurang berkenan di hati Tuan-tuan.

Salmun         : Oh, tidak. Tidak sama sekali. Malah kami merasa sangat terhibur. Hanya saja kami sempat berpikir bahwa nona adalah orang yang kami cari.

Senandung      : Apa maksud Tuan-tuan ini?

Salman            : Sebenarnya kami sedang berada dalam tugas yang amat penting. Kami harus menemukan seorang puteri yang menguasai lima bahasa yang berbeda. Apakah nona ini orang yang kami cari?

Senandung   : Saya akui memang saya mampu mengucapkan lima bahasa yang berbeda. Mungkin itulah yang menyebabkan orang-orang memanggil saya dengan sebutan Puteri Lima Bahasa, padahal saya hanyalah seorang rakyat jelata.

Salmun         : Ternyata benar, Man. Kita telah berhasil menemukannya. (keduanya segera berlutut) Puteri, tolonglah kerajaan kami.

Senandung   : Aduh, mengapa Tuan-tuan berlutut seperti ini? Tuan-tuan tidak perlu melakukannya.

Salman            : Tidak, Puteri. Kami pantas berlutut di hadapan Tuan Puteri. Kami mohon terimalah benda ini, Puteri.

Senandung      : Saya akan menerimanya apabila Tuan-tuan bersedia berdiri kembali.

Salmun         : (keduanya bangkit) kami mendapat tugas untuk menemukan Puteri. Putera mahkota di kerajaan kami terkena penyakit kutukan yang mematikan. Apabila pangeran tidak dapat diselamatkan, maka kerajaan kami pun akan hancur. Sebab Beliau adalah asatu-satunya pewaris tahta kerajaan. Hanya Puteri dan pusaka inilah yang dapat menyembuhkan Pangeran.

Tiba-tiba Ratu Hanung Lembayung datang dan merebut lembaran puisi dari tangan Puteri Lima Bahasa.

Ratu                : (datang sambil tertawa) Serahkan pusaka itu padaku. (merebutnya lalu mencabik-cabiknya) Sekarang kalian tidak dapat menyelamatkan Pangeran. (tertawa) Selamat mengahadpi kehancuran! (lalu pergi)

Salmun         : Man, bagaimana ini? Puisi itu pusaka kerajaan satu-satunya. Bagaimana kita bisa menyembuhkan Pangeran tanpa puisi itu?

Senandung      : Sebenarnya apa yang harus saya lakukan pada puisi itu?

Salman            : Puteri harus membacakannya di hadapan Pangeran dengan menggunakan lima bahasa yang berbeda. Yang terpenting Puteri harus membacakannya dengan penuh ketulusan hati.

Salmun            : Tapi puisi itu sekarang sudah hilang, Man.

Senandung   : Sebenarnya tadi saya sudah sempat membacanya, dan kini saya sudah tahu isi puisi itu.

Salmun         : Benarkah, Puteri? Oh, syukurlah. Kalau begitu mari sekarang kita segera menuju ke kerajaan.

Babak VII
Di Kerajaan Arta Sastra Graha

Raja                 : Sudah begitu lama mereka meninggalkan kerajaan ini, tapi mengapa mereka tak kunjung kembali. Apa aku telah melakukan kesalahan dengan mengutus mereka?

Penasehat     : Hamba rasa Baginda telah membuat keputusan terbaik dengan mengutus mereka.

Raja                 : Aku harap tak lama lagi mereka kan datang membawa penyelamat bagi puteraku. (terbatuk-batuk)

Tak lama kemudian Salman & Salmun tiba bersa Puteri Lima Bahasa.

Raja                 : Salman, Salmun, akhirnya kalian kembali.

Salman            : Ampun, Baginda. Karena kami datang terlambat. Bagaimana keadaan Pangeran Satria Adi Wijaya, Baginda?

Raja                 : Keadaannya memburuk. Semakin hari penyakitnya kian mengganas. Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi. Semua tabib terbaik di negeri ini sudah mencoba, tapi hasilnya nihil.

Salmun         : Baginda tidak perlu bersedih lagi karena Putera Lima Bahasa sudah berada di kerajaan ini. (menunjuk ke arah Senandung)

Raja                 : Jadi kau orangnya?

Senandung   : Saya akan mencoba membantu sesuai dengan kemampuan saya, Baginda.

Raja                 : Mari segera kita temui puteraku.

Babak VIII
Di kamar Pangeran

Senandung bertemu dengan Pangeran yang sudah amat buruk wajahnya karena penyakit yang bertambah parah. Namun tak sedikitpun rasa takut tampak di wajahnya yang cantik jelita.

Penasehat     : Puteri, apakah Puteri sudah mengetahui apa yang harus puteri lakukan?

Senandung      : Ya, saya telah mendengarnya dari Salman. Boleh saya mencobanya?

Puteri pun membacakan puisi itu dengan menggunakan lima bahasa yang berbeda. Ia pun membacakannya dengan rasa cinta yang tulus dtang dari dalam hatinya. Seketika itu pula penyakit Pangeran sirna, dan Pangeran kembali menjadi pemuda yang sangat tampan.

Raja                 : Puteraku, bagaimana keadaanmu?

Pangeran         : Baginda Raja. Rupanya Hamba sudah tak sadarkan diri terlalu lama.

Penasehat     : Pangeran, inilah Puteri Lima Bahasa Yang Telah menyelamatkan jiwa Pangeran.

Pangeran         : Jadi Puteri yang telah menyembuhkanku?

Senandung      : Saya hanya berusaha semampu saya.

Pangeran      : Puteri, aku sangat berterima kasih pada kebaikan Puteri. Entah dengan apa aku dapat membalasnya. Puteri, izinkan aku mengatakan sesuatu.

Senandung      : Silahkan saja, Pangeran.

Pangeran         : Bersediakah Puteri menjadi penyelamat hidupku untuk selamanya?

Senandung   : Sebaiknya Pangeran juga berterima kasih kepada Salman dan Salmun. Merekalah yang telah berjuang dan bersusah payah mencariku sampai ke penghujung dunia.

Pangeran         : Salman, Salmun, kuucapkan terima kasih atas jasa kalian.

Raja                 : Katakanlah permintaan kalian, maka aku akan mengabulkannya sebagai tanda jasa bagi kalian.

Salmun            : Kami hanya minta satu hal, Baginda.

Raja                 : Katakanlah.

Salman            : Tuan Puteri, bersediakah Puteri mengajarkan kami bahasa dan budaya negeri yang kaya ini? Kami merasa malu. Karena sebagai orang Indonesia, kami justru tidak mengenal kebudayaan negeri kami sendiri.

Salmun         : Benar, Puteri. Kami selalu mencari sesuatu di negeri orang lain. Sementara di negeri kami sendiri lebih banyak dan tak kalah berkualitas. Betul tidak, Man?

Salman                        : Betul sekali. Bagaimana Puteri? Tolong ajari kami, ya!

Senandung   : Budaya bangsa adalah milik kita bersama. Jadi, kalau bukan kita yang melestarikan, siapa lagi?

Babak IX
Di kerajaan Ratu Hanung Lembayung

Ratu                : Tidak. Mengapa Puteri itu bisa membacakan puisi cinta itu? Padahal aku telah melenyapkan puisi cinta itu. (bercermin) Lihat kini penyakit itu malah berpindah kepadaku. Oh…, wajahku kini telah hancur. Mengapa ini harus terjadi? (berteriak) Mengapa……..?

                        Akhirnya, Pangeran Satria Adi Wijaya pun hidup bahagia bersama Puteri Senandung atau Puteri Lima Bahasa. Salman dan Salmun pun kini giat mempelajari kebudayaan Indonesia, tanah air mereka. Sementara Ratu Hanung Lembayung harus menghabiskan sisa usianya di kerajaannya seorang diri. Ia pun harus berkelut dengan penyakit yang diciptakannya sendiri seumur hidupnya.
                        Kerajaan Arta Sastra Graha kini kembali menjadi kerajaan yang tenteram dan makmur di bawah kepemimpinan Raja Satria Adi Wijaya. Raja Sri Adyaksa yang telah turun tahta memilih menikmati masa tuanya dengan menimang cucu tercintanya dan bercengkerama dengan sahabatnya, Ki Arya Wilaksana.
Senandung pun kini hidup bahagia sebagai seorang ratu yang terus mewariskan kebudayaan Indonesia kepada seluruh rakyat di seluruh pelosok negeri.

***TAMAT***

4 comments:

  1. :)) Fanny dengan dunia imajinasinya

    kapan2 ni drama musti masuk daftar tayangan warga dunia

    ReplyDelete
    Replies
    1. Addduuuhh.... aku terharu... mas Iqbal emang selalu bisa...;)

      Ini cuma permainan kecilku jaman SMA mas... cuma iseng karena emang aku suka banget....

      Makasih atas apresiasinya ya Mas Iqbal.... pasti...
      pasti semangat dari mas Iqbal bakal jadi salah satu alasanku untuk bikin yang kayak gini lagi dengan tema yang gak kalah seru...

      aku juga pengen bgt bisa maen di panggung teater beneran kayak mas Iqbal waktu Riset dulu... keren banget... :D

      Delete
    2. wow, kalau ini merupakan kesenangan, natural, maka bisa jadi aset berharga Fan :)

      sipp, tak tunggu lho karya2 inspiratifmu berikutnya

      kalo gitu ntar bikin semacem surat pengajuan tampil aja Fan di PPSMB tahun ini :D
      tak dukung, kita bikin kelompok teater atau drama gitu misalnya

      Delete
    3. kelompok teater teknik??? wah, kedengerannya asik... tapi mungkinkah?? ilmu dan pengalaman aku masih minim banget di bidang itu mas... masih minder kalo mau menginisiasi... tapi seneng bgt kalo ada yang nawarin ikut main, walaupun cuma jadi penggembira... :)

      Intinya, aku semangat bgt sih, kalo nantinya ada kelompok teater teknik yang kondusif dan inspiratif, soal cerita dan adegan2nya... cuma butuh massa aja nih mas, kayaknya...

      Delete