Thursday,
May 14, 2015
10:43 AM
Memutar balik waktu. Bukan untuk kembali ke masa yang dulu. Tapi hanya sekedar untuk mengenang yang sudah berlalu.
Hampir sembilan
bulan lamanya, berjalan di titik ini. Menempuh perjalanan baru yang belum
pernah teralami sebelumnya. Jauh sebelum sembilan bulan pertama ini dimulai,
masa-masa yang begitu berat harus dilalui. Ya, masa satu tahun lamanya, yang
berujung pada sebuah janji untuk tidak mengulangnya kembali.
Satu tahun kala itu,
penantian, perjuangan, pengorbanan, jatuh, dan menyemangati diri sendiri.
Itulah yang terjadi. Berusaha meyakinkan diri bahwa kesabaran pasti akan
berbuah manis. Keikhlasan dan kesediaan hati untuk menjalani apapun takdir yang
tersedia adalah yang memperkuat diri kala itu. Satu tahun yang penuh godaan
prasangka. Penuh dengan tanya; kenapa? sampai kapan? harus bagaimana? Satu
tahun yang tidak akan jadi seberat itu jika ada alternatif yang lebih realistis
dan menarik untuk dipilih. Hingga akhirnya satu tahun yang berat itu pun
diputuskan untuk berakhir. Ketika Dia memberikan kesempatan yang tidak perlu
diragukan. Ketika takdir baik itu dinyatakan telah waktunya diwujudkan.
Ya, keyakinan itu
jadi nyata. Percaya bahwa setiap manusia akan bertemu dengan takdir baiknya di
saat yang tepat pastinya. Puji syukur bahwa kepercayaan itu tak terkhianati.
Bahwa hamba yang kecil ini masih diberi bukti, harapan masih layak untuk
digenggam. Mengobati hati yang sempat kecewa, menghidupkan jiwa yang tadinya
dirundung duka.
Beruntung. Setiap
manusia itu beruntung. Atau setidaknya, pernah beruntung. Maka, setiap orang
pasti tahu bagaimana harus bersyukur. Bagaimana mereka harus memperlakukan
keberuntungan yang mereka dapatkan. Karena keberuntungan itu memiliki 100%
ketidakpastian. Maka sekali ia beruntung, mungkin pilihan terbaik ialah
menikmati keberuntungan itu. Setidaknya, itu hal termudah yang bisa dilakukan.
Sudah beruntung, lalu mau apa lagi?
Maka sembilan bulan
yang lalu, takdir baik itu datang seperti sebuah keberuntungan. Setengah
percaya, bahwa inilah buah manis dari beratnya satu tahun terakhir. Dan
setengah lagi percaya bahwa ini adalah keberuntungan yang mungkin tidak akan
datang kedua kalinya. Takdir baik yang datang kala itu, melebihi apa yang
diharapkan. Mungkin itu yang disebut keberuntungan.
Jadilah sembilan
bulan pertama ini resmi dimulai. Sembilan bulan yang jelas jauh berbeda dari satu
tahun yang berat itu. Sembilan bulan yang bukannya tidak berat, tapi mungkin
ini lebih baik daripada kembali ke masa satu tahun yang berat itu. Sembilan
bulan yang mengubah banyak hal. Sembilan bulan yang kadang ada rasa ingin
kembali kepada apa yang belum berubah dulu. Sembilan bulan yang meski berat
tapi tetap menarik untuk dijalani. Sembilan bulan yang memunculkan pemikiran
bahwa mungkin ini bukan yang terbaik, tapi setidaknya ini yang lebih baik.
Banyak yang telah
terjadi. Bahkan kadang muncul rasa ingin berhenti. Tapi tentunya tidak dengan
hanya berpikir satu kali. Masih ingat tentunya dengan janji sembilan bulan yang
lalu. Bahwa tak ada waktu untuk kembali ke satu tahun yang berat itu. Tidak sedetik
pun. Maka seberat apapun masa sekarang, adalah lebih baik melaluinya daripada
menghindar. Percaya, bahwa masih ada rahasia lain dibalik apa yang ada
sekarang. Dan keikhlasan menjalaninya adalah kunci untuk menguak rahasia itu.
Janji, itulah yang harus ditepati. (fannie)
Selalu suka sama tulisan kamu fan :)
ReplyDeleteAlhamdulillah... jazakillah Murni...
DeleteApa kabar, cantik? Di mana dirimu sekarang?
Kangeeen... kamu utang ngajak aku naik gunung beneran lho muur... :)