Monday, 17 June 2013

Serial Faruq dan Abi #2

“Sst… jangan berisik!”

Malam ini Faruq ikut Abi dan Umi pergi ke masjid untuk sholat berjamaah. Faruq sudah terbiasa ikut serta setiap kali Abi dan Umi sholat berjamaah di masjid. Sesampainya di masjid, seperti biasa mereka berpisah. Umi naik ke lantai atas, sementara Abi dan Faruq segera mencari barisan kosong di masjid bagian bawah. Setelah tak seberapa lama mencari, Abi dan Faruq pun menemukan tempat kosong untuk mereka.  Abi pun segera menggelar sajadahnya. Mereka mendapat tempat di pinggir masjid.

Usai mengikuti sholat Isya berjamaah, Faruq segera bangkit dan berkata kepada Abi, “Ayo, Abi kita pulang.” Abi yang baru saja menyelesaikan doanya malah bertanya, “Lho, Kakak mau pulang? Sholatnya belum selesai, lho,”

Mendengar pernyataan itu, Faruq menahan langkahnya lalu berkata, “Kok, belum selesai, Abi? Tadi kan udah assalamu’alaykum,” Kini Faruq memasang tampang bingungnya.

Abi tersenyum dan lalu menyambut tangan Faruq, “Sini, sini, duduk samping Abi. Kakak, sekarang kan bulan Ramadhan, jadi setelah sholat Isya kita ndak langsung pulang seperti biasanya. Sholatnya masih ada lagi, namanya sholat tarawih.”

Faruq yang kini telah duduk takzim dalam rangkulan tangan Abi langsung bertanya, “Sholat tarawih itu apa, Abi?”

“Sholat tarawih itu sholat yang dikerjakan malam hari waktu bulan Ramadhan. Dikerjakannya berjamaah di masjid. Sholatnya lebih lama dari sholat biasa. Dulu Nabi Muhammad yang mengajarkan umat Islam untuk sholat tarawih.” terang Abi dengan sabar.

“Oh, begitu ya, Abi. Kalau begitu aku mau ikut sholat tarawih juga, deh.” kata Faruq.

“Sip, ya sudah. Nanti kalau Kakak capek, duduk istirahat saja ndak apa-apa, kok.” Abi kembali mengingatkan sambil mengusap rambut Faruq yang tertutup peci rajutan Umi.
-----//-----

Faruq sedang mengikuti gerakan Abi sholat tarawih berjamaah. Walaupun belum bisa mengucapkan bacaan sholat sendiri, Faruq tetap mengikuti gerakan sholat dengan tertib. Faruq sudah terbiasa melakukannya bersama Abi dan Umi.

Saat sampai di pertengahan sholat tarawih, tiba-tiba Faruq mendengar suara-suara dari arah belakang. Suara itu terdengar seperti suara anak-anak yang sedang bercanda. Faruq yang semula tenang mendengarkan bacaan sholat yang diucapkan imam sholat tarawih, jadi tidak bisa berkonsentrasi. Suara anak-anak itu kencang sekali. Bahkan makin lama malah terdengar makin kencang.

Faruq sempat melirik sedikit ke arah belakang saat sedang rukuk. Rupanya ada beberapa anak di barisan belakang yang bercanda saling senggol. Sebenarnya Faruq ingin sekali menghampiri anak-anak yang bersuara berisik itu. Tapi, tiba-tiba Faruq teringat pesan yang pernah Abi sampaikan dulu, “Kakak, kalau sedang sholat berjamaah harus mengikuti dari awal sampai akhir. Ndak boleh main-main. Harus tertib dan tenang,” Faruq pun tidak jadi menghampiri anak-anak yang sedang bercanda itu, dan memilih untuk meneruskan gerakan sholat sesuai yang dilakukan Abi.

Akhirnya, setelah selesai rakaat sholat yang ditandai dengan ucapan salam, Faruq langsung berdiri dan beranjak menuju barisan belakang masjid. Rupanya anak-anak tadi masih terus bercanda. Faruq melewati pinggiran masjid sambil berhati-hati melangkah agar tidak mengganggu bapak-bapak yang sedang berdoa. Karena jarak barisan Faruq sampai tempat anak-anak itu tidak terlalu jauh, Faruq pun segera sampai di sana.

Ternyata Faruq mengenali anak-anak itu. Mereka adalah Eko, Bagus, dan Iman, teman-teman Faruq di PAUD. Mereka bertiga berjajar di barisan yang sama. Waktu Faruq sampai di sana, Eko masih tampak usil meniup-niup daun telinga Iman dan Bagus yang duduk di sebelah kanan dan kirinya. Karena geli, mereka pun tertawa.

Faruq yang sudah berdiri di hadapan mereka bertiga, langsung beraksi. Ia meletakkan telunjuk tangan kanannya di depan bibir, sambil membentuk simpul dengan bibirnya yang mungil. Ia lalu berkata, “Sst… jangan berisik, ya! Nanti Pak Jenggot marah, lho,” Melihat Faruq di depan mereka, Eko, Bagus, dan Iman menatap kebingungan. Lalu ketika mendengar Faruq menyebut nama panggilan akrab takmir masjid yang terkenal tegas itu, ketiga bocah cilik itu pun terdiam seketika. Mereka sudah ketakutan membayangkan wajah Pak Jenggot yang merah padam karena marah. Daripada dihampiri Pak Jenggot sungguhan, mereka lebih memilih duduk tenang saja.

Sebelum kembali ke barisan sholatnya bersama Abi, Faruq kembali mengingatkan ketiga temannya itu. “Kalau sholat di masjid itu harus tertib. Ndak boleh berisik. Allah ndak suka sama anak yang berisik di masjid, lho,” Faruq pun segera kembali ke tempat Abi. Eko, Bagus, dan Iman sekarang duduk terdiam setelah diingatkan Faruq tadi. Mereka tidak berani lagi berisik di masjid.
-----//-----

No comments:

Post a Comment