
Celupan cinta, bagaikan katalis
yang mampu memuluskan jalan suatu reaksi. Hanya tinggal diteteskan sedikit
saja, maka efeknya akan terasa bagaikan letupan kembang api. Menyatu dan
berpadu dengan apapun rasa yang semula terkecap. Menjadikan apapun rasa itu
menjadi manis yang menyamankan hati. Ya, tak ada yang lebih baik dari itu.
Begitulah seorang manusia, bukan
robot atau makhluk lainnya. Selalu istimewa dengan akal dan nurani yang
menyempurnakannya. Sangatlah tidak bijaksana apabila kedua ciri khas tersebut
tidak difungsikan sebagaimana mestinya. Manusia, pasti yang bisa menyelesaikan
masalah dengan akalnya. Sudah tentu yang mampu menimbang dan memilih dengan
nuraninya. Lalu ketika keduanya mampu berjalan beriringan, jadilah ia mampu
menyinergiskan seluruh organ tubuhnya dalam pekerjaan apapun yang digelutinya.
Itulah cinta, yang mampu menghadirkan diri sepenuhnya.
Bagaimana menumbuhkan cinta itu?
Akankah ia muncul dengan sendirinya?
Cinta, akan hadir seiring dengan
berjalannya proses. Tahapan yang bersedia dilalui sepenuh hati, dengan segenap
ketulusan dan penyerahan diri. Tanpa berlari dan terus menikmati. Maka cinta
akan hadir di sela-sela perjuangan itu. Menyegarkan kembali setiap nuansa yang
terbangun. Melengkapi setiap proses dengan rasa yang berjuta. Tak lagi hambar
dan menjemukan.
Cinta akan mampu merealisasikan
setiap ekspektasi yang terbangun. Menegaskan eksistensi dan menerangkan arti
diri. Ya, cintalah yang akan menjawab setiap apa dan mengapa. Mewakili mereka
dengan warna, rona cinta. Warna yang tak selalu merah muda, melainkan berbeda
bagi setiap pemiliknya. Maka milikilah cinta dan segarkan karya itu
dengan seteguk celupan warnanya. (fannie)
No comments:
Post a Comment