Wednesday,
June 12, 2013
4:50 AM
Suatu saat pasti
kita akan dipertemukan dengan sebuah akhir. Titik di mana kita harus menyudahi
segala keterlibatan nyata kita dalam suatu amanah. Garis di mana masa kita
telah usai. Cepat atau pun lambat, akhir itu pasti akan datang.
Setiap kita pasti
akan menemuinya. Meski begitu besar kecintaan kita. Meski begitu berat kita
melepaskannya. Akhir itu harus dihadapi. Kapan waktunya, tentukan sebijak
mungkin.
Pastikan dulu bahwa
kita benar-benar tidak lagi dibutuhkan di sana. Bahwa kita bukan lagi
satu-satunya pilihan di sana. Sistem itu tetap bisa berjalan sebagaimana mestinya meski tanpa kehadiran kita. Tentunya
kita harus benar-benar yakin bahwa sederet tanggung jawab yang mesti kita
tunaikan di sana, telah terbayar lunas.
Jangan lupakan para
pengganti. Pastikan mereka siap beraksi segera selepas kita pergi. Karena
itulah regenerasi. Lahirnya jiwa-jiwa muda yang lebih baru, pengganti para
pendahulu yang telah berlalu. Sebelum kita pergi, pantang sekali membiarkan
kursi itu kosong tak berpenghuni.
Kemudian ikhlaskan.
Itulah yang akan menutup semuanya dengan senyuman. Kelegaan tak terhingga
pengiring kepergian. Mempercayakan keberlanjutan ke depan pada para penerus
peradaban. Yakinlah, bahwa mereka mampu menggerakkan roda-roda itu lebih baik
dari apa yang telah kita lakukan.
Lalu pergilah.
Jemputlah kisah lain yang lebih berarti dari apa yang telah kita lalui. Ukirlah
sejarah baru yang lebih membahana dari yang telah lalu. Pastikan bahwa selepas
yang dulu, tergenggam amanah baru dengan tantangan yang lebih tangguh. Hingga kita dapat selalu mengaktualisasi diri
dari sana. Juga senantiasa tersedia ladang amal dan karya untuk kita makmurkan.
Begitulah. Bagaimana
setiap akhir itu tidak akan menjadi sebenar-benarnya akhir bagi kita. Atau
setidaknya tak secepat itu. Karena selama ruh masih dikandung badan, tidak ada
sedikit pun pengecualian bagi kita untuk tidak berpartisipasi dalam kerja-kerja
dakwah. Berlomba dalam kebaikan.
No comments:
Post a Comment