Monday,
November 19, 2012
7:33 AM
Betapa kejujuran itu
mahal sekali harganya. Padahal sebenarnya untuk melakukannya itu mudah. Bahkan
walaupun kejujuran hanya diwujudkan dalam hal-hal yang kecil, tetap saja itu
adalah sebuah kejujuran, bukan? Tapi, sayang sekali. Berlaku tidak jujur itu sepertinya
dirasa lebih mudah untuk diamalkan oleh beberapa orang. Sayang sekali!
Gemas sekali rasanya
melihat tindak ketidakjujuran berserakan di sana-sini. Dan pelakunya bukan
hanya orang-orang yang tidak pernah mengenyam bangku sekolah, tapi juga
termasuk orang-orang berpendidikan yang memiliki label strata intelektual yang
tinggi. Satu hal lagi yang amat disayangkan.
Tenang saja, di sini
tidak akan dibicarakan tentang perkara berat macam tindak pidana yang iseng
dilakukan oleh oknum-oknum penjahat 'terhormat' yang rasanya tidak pernah
menyadari mana yang merupakan haknya dan mana yang bukan. Ini sih bisa dibilang
tidak tau diri! Atau tidak tau malu? Ah, beda
tipis!
Ya, tidak akan
sejauh itu. Karena di sini kita hanya akan diajak menengok sedikit ke
sekeliling kita. Lingkungan yang amat dekat dengan kita.
Bicara tentang
ketidakjujuran, sungguh sangat dekat dengan yang bernama ketidakadilan. Betul?
Lalu, ketidakadilan mana sih, yang rasanya selezat cokelat? Tidak ada
ketidakadilan yang enak!
Sekarang kita lihat,
banyak sekali oknum-oknum cilik yang mulai mempraktekkan tindak ketidakadilan
seperti itu dalam kehidupan mereka. Alasannya, banyak sekali. Termasuk karena
tindakan seperti itu terasa lebih mudah untuk dilakukan. Sekali lagi, lebih mudah!
Pragmatisme! Mungkin
inilah salah satu yang kian menjangkiti oknum-oknum tersebut. Semuanya maunya
serba mudah. Menghalalkan segala cara untuk memperoleh hasil yang baik bagi
dirinya. Selama tidak ada orang lain yang dirugikan, selama tidak ada petugas yang
menjatuhkan sanksi, semua sah-sah saja.
Tidak mau repot,
tidak ingin ikutan susah! Mengapa yang seperti ini seolah malah dijadikan sikap
hidup yang santai saja untuk dianut? Tidak peduli pada proses, dan hanya
mementingkan hasil akhir. Tidak mau belajar!
Oknum-oknum seperti
ini banyak berkata, "Ah, aku tidak bisa. Benar-benar kesulitan. Sebaiknya
aku mencontoh hasil kerja dia yang lebih pandai saja."
Pasti tidak hanya
satu-dua orang di sekitar kita yang cirinya mirip seperti yang disebutkan di
atas, bukan?
Dan bagaimana akhir
bagi mereka? Akhirnya mereka juga bisa mendapatkan hasil sebaik teman yang
telah ditirunya, dan hidup bahagia selamanya!
Hah, yang benar saja!
Padahal, masih ada
orang-orang jujur yang bisa kita temukan. Orang-orang yang tak enggan berusaha,
dan meyakini hasil kerjanya sendiri. Sekalipun mereka tau bahwa tidak semua hal
mampu mereka selesaikan dengan baik. Tidak semua bidang mampu mereka kuasai.
Tapi, mereka tidak memilih hal lain, selain berusaha sekuat tenaga dengan
kemampuannya sendiri. Mereka lebih suka mendapatkan hasil apa adanya, asalkan
itu adalah murni representasi dari kemampuannya yang sebenarnya.
Tak akan jadi soal,
baik atau buruk hasil yang akan mereka dapatkan. Karena bagi mereka itu adalah
nilai yang layak bagi perjuangan mereka. Bagi mereka itu adalah haknya. Jerih
payahnya. Sungguh tak akan sebanding dengan hasil akhir sesempurna apapun, yang
diperoleh dengan cara yang tidak dapat dibenarkan. Cara-cara yang hanya
dilakukan oleh para pecundang.
Itu baru permainan
yang bersih. Fair. Siapapun pelakunya,
pasti hanya akan merasa jadi juara. Berapapun peringkat yang diperolehnya, dia
akan tetap merasa jadi pemenangnya. Itulah sejatinya nilai dari sebuah
perjuangan.
Indah sekali jika
semuanya terasa adil. Kita hanya perlu menghargai setiap karya. Karya kita
semua. Dan akan terasa nikmat bagi setiap penciptanya.
Maknailah setiap perjuangan kita. Sekecil apapun itu. Seberat apapun itu. Karena setiap detiknya adalah kemenangan. Setiap fasenya adalah proses belajar yang menyenangkan.
Jangan ada ragu lagi
untuk mencoba. Enyahkan setiap malas yang selalu rewel jadi penghalang. Jadilah
penguasa penuh dari setiap potensi diri kita. Jadilah bagian dari segelintir orang yang selalu bangga akan hasil jerih payahnya sendiri. Toh, sejatinya kita semua punya
modal yang sama. Waktu yang sama, juga peluang yang sama. Hanya tinggal bagaimana
kita meramu sumber daya itu jadi obat yang paling mujarab.
Saatnya kita mulai
lebih yakin pada kemampuan kita sendiri. Membakar mental juara kita. Berhenti
bergantung pada orang lain, dan tunjukkan bahwa kita juga mampu jadi pemenang.
Be confidence, and act fair!
No comments:
Post a Comment