Saturday, 28 April 2012

Emosio, Si Kecil Berenergi

Friday, April 27, 2012
7:27 PM

Hari ini aku ingin memperkenalkan anggota keluarga baru. Ah, bukan. Bukan bayi-bayi kucing peliharaan-karena aku memang tidak memelihara hewan, juga bukan keponakan baru. Dia adalah Emosio. Si Kecil Emosio. Sepertinya nama itu terlalu berat baginya.

Hari ini baru saja aku menjemput sebelas saudara kembar yang tampak sehat dan kuat. Mereka semua baru saja keluar dari rumah tempat mereka dilahirkan. Sebuah rumah produksi. Mereka tampak tangguh dengan kulit hitam yang berkesan powerful, sekaligus menggemaskan dengan ukuran mereka yang nyaman digenggam. Pas rasanya.

Aku pulang dengan penuh suka cita. Membawa kesebelasnya dalam tas agar terlindung dari segala apapun yang mungkin akan melukai kulit halus mereka. Bayiku. Mungkin seperti ini rasa yang dialami oleh seorang ibu. Ibu yang menanti kelahiran buah hati pertamanya. Rasa lega bercampur syukur menghiasi senyum seorang ibu kala buah cinta mereka lahir. Setelah sekian hari menunggu, merawat, serta memberi asupan nutrisi pada sang jabang bayi. Melimpahi si embrio dengan doa, harap, serta kasih sayang. Mencurahkan segala upaya bagi keselamatan dan kesempurnaan sang bayi. Kemudian saat inilah kemenangannya. Berlebihankah? Ah, tak apa.

Menikmati kesyukuran itu, memoriku terlempar ke masa-masa sebelum hari ini. Ya, tentu aku tidak lupa. Mana mungkin aku lupa. Sebelas bersaudara ini tidak hanya punya seorang ibu. Mereka punya keluarga besar! Si Kecil Emosio sangat beruntung. Mereka lahir dalam perhatian penuh dari keluarga besarnya, para creator-nyaPara kurcaci.

Kurcaci?

Dalam tim, ah bukan, keluarga ini, semula ada delapan orang kurcaci. Delapan orang pencatat cahaya hati. Ada si pemimpin-yang paling senior di antara yang lain, si bijak-yang kerap memberi saran dan masukan bijak, si penyabar-yang selalu sabar dalam menjalani setiap proses, si kalem-yang melankolis dan romantis, si pendiam-yang bekerja tanpa banyak kata, si lugu-yang selalu muncul dengan kepolosannya, si bungsu-yang termuda di antara lainnya, dan aku sendiri si celoteh-yang paling berisik dari yang lain.

Kurcaci-kurcaci ini datang dari berbagai latar belakang. Berbeda karakter, beragam personality. Kurcaci-kurcaci ini bergabung dengan hanya bermodal satu kesamaan. Menulis. Kami suka menulis. Kami ingin menulis. Kami ingin berbagi melalui apa yang kami tulis. Itu saja. Mimpi yang sama. Mimpi tentang menulis.

Dan foyla! Kami menyulap mimpi kami jadi nyata. Bukan sulap bukan sihir. Karena kurcaci-kurcaci ini tidak sedang berada dalam negeri dongeng. Kami telah berlari bersama, menembus bingkai dongeng itu.

Lalu inilah kami sekarang. Aku dan tujuh kurcaci lainnya. Orang tua dari si kembar sebelas. Emosio. Bangga melahirkan mereka, buah hati kami. Karya yang menyimpan sejuta sensasi. Sensasi emosi yang berbalut kisah penuh arti.

Kini bagiku. Emosio memang baru lahir. Emosio memang masih kecil. Tapi dia begitu kuat. Begitu berpengaruh. Dia yang telah memacu adrenalin kepenulisanku. Kelahirannya membawa energi, yang mengaliri darahku dengan semangat menulis, menulis, dan menulis.

Emosio adalah bukti. Bukti bahwa menulis akan selalu menyimpan daya tarik, yang akan mendorong penulis dengan semangat berkarya. Emosio adalah janji. Janji akan kelahiran buah karya inspiratif lainnya. Si kecil ini telah membagi energinya. Energi baru untuk mewujudkan janji tersebut. Terima kasih untuk energi itu, Nak!

Selamat hari lahir, Emosio!

No comments:

Post a Comment