Sunday, 13 March 2016

Serial Faruq dan Abi #3




Belajar Bersedekah

Hari ini hari Jumat. Faruq ikut Abi melaksanakan sholat Jumat berjamaah di masjid. “Faruq pakai sandal dulu ya, Abi mau ambil sepeda dulu di parkiran. Tunggu Abi di sini, ya.” ujar Abi setelah sholat Jumat selesai dilaksanakan. Tanpa banyak bicara, Faruq pun menerima sandal yang diserahkan Abi, dan langsung memakainya sambil duduk di teras masjid.
Selesai memakai sandalnya, Faruq duduk saja di teras masjid karena Abi belum juga muncul dengan sepedanya. Saat menunggu, perhatian Faruq tiba-tiba teralihkan pada kotak kaca yang cukup besar di dekat tempat penitipan barang. Tampaknya, Faruq tidak memperhatikan kotak kaca itu ketika ia memasuki masjid tadi.
Kotak kaca itu menarik perhatian Faruq. Ada tulisan di kaca depan kotak itu. Namun sayangnya, Faruq tidak mengerti arti tulisan tersebut. Faruq belum mahir mengeja huruf. Karena penasaran, Faruq pun mendekati kotak kaca itu. Dari luar, Faruq bisa melihat ada banyak uang di dalam kotak itu. Ada uang kertas, ada juga uang koin. Faruq tidak mengerti mengapa ada banyak uang disimpan di dalam kotak kaca itu.
“Faruq, ayo kita pulang!” suara Abi membuyarkan perhatian Faruq yang masih berdiri di dekat kotak kaca tadi. Faruq pun segera menghampiri Abi yang sudah siap mengayuh sepedanya. “Abi, itu kotak apa?” tanya Faruq tiba-tiba sambil menunjuk kotak kaca di dekat tempat penitipan barang. “Oh, itu namanya kotak amal.” jawab Abi singkat. “Kenapa banyak uang disimpan di dalam kotak amal, Bi?” Faruq lanjut bertanya. Abi tersenyum mendengar pertanyaan polos Faruq. Ia pun turun dari sepedanya sebentar untuk menghampiri Faruq.
“Faruq, kotak amal itu bukan untuk menyimpan uang seterusnya. Uang itu adalah sedekah dari jamaah masjid. Nanti, kalau sudah banyak, uang sedekah itu akan digunakan untuk membantu pembangunan masjid.” jelas Abi lebih lengkap.
Faruq mencoba memahami penjelasan yang disampaikan Abi. “Uang sedekah itu apa, Abi?” lanjut Faruq dengan pertanyaannya.
“Sedekah itu adalah sebagian dari rezeki yang kita punya lalu kita berikan untuk membantu orang lain. Bisa untuk membantu membangun masjid, menolong orang yang sakit, atau untuk disumbangkan ke panti asuhan. Sedekah itu bisa membersihkan rezeki yang kita punya.” terang Abi sambil berjongkok di depan Faruq.
Faruq yang berpikir sejenak pun berkata, “Kalau begitu, sedekah itu baik dong, Abi? Karena bisa menolong orang.”
“Pasti, dong. Asalkan dengan niat yang ikhlas. Tidak mengharapkan imbalan atau pun pujian dari orang lain.” kata Abi.
Mendengar hal itu, Faruq pun tampak mencari-cari sesuatu dari dalam saku baju dan celananya. Ia ingat bahwa ia masih menyimpan uang kembalian selepas membeli biskuit sebelum berangkat ke masjid tadi. “Kalau begitu, aku mau sedekah juga.” ujar Faruq sambil menggenggan koin lima ratus rupiah yang berhasil ia temukan dari dalam saku celananya.
Abi pun tersenyum melihat Faruq. Ia lalu membantu Faruq memasukkan uang koin tersebut ke dalam kotak amal. Karena belum cukup tinggi, Abi harus mengangkat badan Faruq supaya ia bisa memasukkan uang melalui lubang di bagian atas kotak. Faruq tampak senang melihat uang koinnya meluncur jatuh di dalam kotak amal. Uang itu sekarang sudah berkumpul bersama uang-uang lainnya di dalam kotak kaca tersebut.
“Abi, besok aku boleh sedekah lagi, ya.” ujar Faruq di boncengan belakang sepeda. “Tentu boleh dong, Faruq.” sahut Abi sambil mengayuh sepeda pulang ke rumah.
-----//-----

No comments:

Post a Comment