Thursday,
March 06, 2014
3:04 PM
Seringkali hidup
memanjakan kita dengan berbagai kemudahan. Semacam keberuntungan yang memang
tercipta khusus untuk melekat pada diri kita. Keberuntungan yang belum tentu
bisa dirasakan oleh orang lain. Seringkali pula hidup seolah menyiksa kita
dengan segala hambatan dan kepayahan. Memperlambat perjalanan kita menuju
keberhasilan yang telah amat diimpi-impikan. Membuat kita merasa bahwa
segalanya serba sulit bahkan seolah tidak mungkin tercapai. Kemudian segala
keserba-tak enak-an itu berbuah keberhasilan yang amat membahagiakan. Betapa
kita pun merasa bahwa itulah ganjaran yang memang layak kita dapatkan, atas
segala perjuangan kita, serta segala kesusah-payahan yang telah kita alami.
Apapun itu, segala
kenikmatan yang layak kita terima itu tentunya bukan muncul begitu saja. Bukan
pula sebuah kebetulan tanpa alasan dan sebab-musabab. Tentu karena kita memang
layak mendapatkannya, dan karena itu merupakan pemberian dari Dia, Yang Maha Memberi.
Ini yang benar-benar perlu kita sadari. Bahwa seberapapun besarnya dan apapun
jenisnya, rezeki itu datangnya dari Allah. Bukan semata-mata keberhasilan
manusia yang telah mengejarnya. Jika tanpa uluran tangan dari-Nya, tentu
senekat apapun upaya mengejar rezeki itu tidak akan pernah sampai kita
meraihnya. Perkara apakah rezeki itu akan diberikan kepada kita ataupun tidak,
sejatinya itu adalah ketetapan-Nya, kewenangan-Nya.
Setiap rezeki kita
merupakan pemberian, dan sebagai perwujudan rasa syukur terhadap pemberian itu,
bukankah sudah sepatutnya kita berbagi dengan sesama? Dalam Islam pun telah
diingatkan bahwa setiap 2.5% dari harta yang kita miliki adalah hak dari mereka
yang lebih membutuhkan. Hanya 2.5%, tidak seberapa mestinya. Karena dengan
menyerahkan sekian persen itu, kita dapat menikmati rezeki yang lebih bersih
dan lebih berkah. Insha Allah.
Tidak hanya itu.
Apakah kita sebagai manusia ingin menutup mata dengan kondisi bangsa ini? Sudah
jelas tampak bahwa kesenjangan hidup adalah problema yang telah melekat erat
dengan bangsa ini. Pemerataan kualitas hidup adalah satu impian yang sampai
saat ini belum bisa dirasakan oleh segenap warga negara. Masih mencari
buktinya? Sederhana saja, yang paling mudah ditemukan adalah tayangan-tayangan
di media televisi dengan mengangkat biografi masyarakat pelosok dan pinggiran
di negeri ini. Betapa mirisnya hidup mereka yang ditampilkan di layar kaca,
dengan mata pencaharian yang luar biasa menguras tenaga, berkutat dengan
lumpur, alat-alat berat, bahkan ancaman mara bahaya. Tetesan peluh dan air mata
mereka tatkala sedikit berkisah soal kebingungan saat memikirkan biaya makan
dan sekolah anak-anaknya. Bahkan tak jarang gambaran pergelutan mereka dengan
penyakit menahun yang tak sanggup tersentuh tangan-tangan tenaga medis. Dan itu
semua jelas nyata masih ada di negeri ini.
Lantas demikian,
tidakkah kita merasa bersalah dengan segala rasa kepemilikan atas rezeki kita
saat ini? Rasa memiliki yang terkadang menjerumus pada keengganan berbagi dan
keserakahan pribadi. Dengan dalih bahwa semua yang telah kita miliki adalah
buah dari perjuangan dan kerja keras kita selama ini. Jadi sudah barang tentu
yang berhak menikmati itu semua hanyalah diri kita sendiri. Apakah itu yang ada
di benak kita selama ini? Pikir kembali!
Sesungguhnya segala
apa yang kita miliki saat ini merupakan pemberian. Maka, sudah barang tentu
bahwa kita wajib berterima-kasih atas pemberian itu. Berterima-kasih.
Bersyukur. Bukannya malah posesif dan serakah. Sudah hidup berkecukupan, bahkan
bergelimang rezeki, malah bernafsu untuk melipat-gandakannya lagi dan lagi.
Ingin memperoleh keuntungan lebih tanpa mempedulikan sekitarnya. Tidak berkaca
pada sekitarnya bahwa masih banyak yang tidak lebih beruntung daripada dirinya.
Masih tampak kesenjangan di mana-mana. Na'udzubillah.
Semoga di antara
kita tidak ada yang terjerumus ke dalam jurang keserakahan. Semoga kebercukupan
merupakan keberkahan yang dapat kita syukuri dengan penuh kesadaran. Sadar
untuk senantiasa berbagi kebahagiaan dengan sesama, serta turut meringankan
beban mereka yang lebih membutuhkan. Sadar bahwa dari apa yang telah kita
terima, ada sebagiannya yang harus kita berikan kembali.
Image taken from: Google Image
No comments:
Post a Comment