Sunday, 21 July 2013

Beyond Comfort Zone

Pergi untuk menetap di tempat yang diinginkan, mungkin merupakan impian setiap orang. Menjalani kehidupan yang tak jauh dari harapan. Memenuhi kehendak hati untuk mencari ketenangan dan kelapangan. Menghindari segala himpitan dan kondisi yang kurang proporsional.

Ya, mungkin itu merupakan tujuan bagi kebanyakan akhir. Berlabuh di tepi sebuah pulau yang indah dan kaya akan sumber penghidupan. Hidup layaknya pangeran atau puteri di pulau tersebut, dengan segala kemudahan dan kebahagiaan tak ternilai. Sungguh citra yang tanpa cela. Siapa yang tak mendamba? Siapa pula yang sudi menolaknya?

Tapi, tidakkah ada yang menimbangnya kembali? Sempatkah kita berpikir dengan bingkai yang lain? Ya, satu sudut untuk kita berhenti sejenak sebelum melaju kembali. Titik hening. Renung.

Bahwa ada satu-dua hal lain yang patut jua kita pertimbangkan. Ada kenyataan lain yang selayaknya kita dahulukan. Realita yang menanti kita di tempat lain, salah satunya. Tentu. Apakah tidak ada yang mengharapkan kita di tempat lain? Berada di sana, memperbaiki segala apa yang belum baik. Menyumbang kemanfaatan bagi yang lebih membutuhkan.

Meski mungkin kita tahu. Di sana, jauh dari segala bayangan kita akan tempat terindah. Tak senyaman, setenteram, sedamai di tempat lain. Tak semuluk keadaan yang ditawarkan oleh tempat lainnya. Lebih terjal, lebih cadas.

Namun, di sana kitalah satu-satunya harapan. Seperti cahaya yang telah lama dirindukan. Meski di sana kita harus lebih berjaga. Seribu kali lebih waspada daripada di tempat lain. Karena itu satu-satunya jalan untuk bertahan di sana. Begitu adanya. Berat memang. Sulit tentu.

Beda yang amat terang. Pasti membuat logika berjalan santai. Begitu mudah pilihan itu akan dijatuhkan. Seharusnya seperti itu. Karena tampilannya jelas jauh berbeda. Tapi, apakah nurani itu tak mau berkompromi? Hanya bersedia menuruti ego pribadi? Sekedar menimang untung-rugi? Apa benar seperti itu yang akan terjadi?

Tak semudah yang terpikirkan sebelumnya, bukan? Membijakkan hati, mendewasakan diri. Menentukan pilihan yang lebih benar, bukan yang sekedar baik. Memilih jalan menuju mulia, bukan hanya bahagia. Meski semua itu harus dibayar dengan mahal. Dengan pengorbanan yang tak sekedar. Opsi lain yang harus ditinggalkan. Biar lubuk terdalam itu yang memilih.

Image taken from:
http://www.empowernetwork.com/kizzybeldesigns/files/2013/02/coollime-blog-comfort-zone-1.jpg

No comments:

Post a Comment