Sunday, 20 May 2012

Parents, as they are...

Kemudian muncul di ingatan kita, tentang sosok mereka. Pendukung kita yang setia. Selalu setia. Mengingat kembali keikhlasan mereka. Pemberian yang tak mungkin bisa dibandingkan dengan apapun. Saat kita merasa sendiri, mereka lah yang menepis sepi kita. 

Kadang kita merasa kesal atas perlakuan mereka. Kadang kita merasa malu dengan kekolotan mereka. Tapi mereka selalu ingin menjadi layak bersanding di sisi kita. Mengapa dengan mudah kita bisa mengabaikan itu semua?

Sesungguhnya mereka tidak menuntut kita. Sebenarnya mereka tidak ingin mengekang kita. Apapun yang terbaik untuk kita, itulah prioritas bagi mereka. Siapa yang memungkiri bahwa mereka selalu memberikan semuanya? Siapa yang memungkiri bahwa apapun rela mereka serahkan untuk kita, bagaimana pun kondisi mereka. Dalam sedih maupun senang, dalam susah maupun mudah. Bagi mereka tak ada yang menjadi masalah. Atau setidaknya, itu semua bukan yang mereka inginkan untuk kita pikirkan. Cukuplah bagi mereka bahwa kita bisa menikmati dunia kita sendiri. Cukuplah bagi mereka dapat melihat kita tumbuh dan hidup dengan baik.

Begitulah kasih sayang mereka. Sadar atau tidak sadar, kita selalu berada dalam perlindungan mereka. Perlindungan yang kadang kita salah artikan sebagai bentuk pembatasan kebebasan. Mereka hanya ingin memastikan bahwa kita telah aman. Mereka yang kadang mengabaikan kepentingan mereka sendiri, hanya demi kita.

Tidak ada sedikit waktu pun yang ingin mereka siakan. Selama oksigen masih mengisi rongga pernapasan mereka, itulah saat-saat yang ingin selalu mereka habiskan dengan segala hal tentang kita. Makan bersama kita, mendengarkan curahan hati kita, bahkan memastikan kita terlelap tidur setiap malam. Selama kita masih sanggup berpijak di muka bumi ini, itulah yang selalu ingin mereka lakukan.

Apapun demi kita. Tak peduli seberapa bodohnya kita, seberapa lemahnya kita, mereka akan selalu ada di belakang kita. Tempat kita dapat berbalik ketika gentar menyerang. Pelukan hangat yang akan selalu menerima kita di kala kita lelah dengan hidup ini. 

Mimpi mereka sederhana. Cukup dengan melihat kita mencapai apa yang kita inginkan. Cukup dengan melihat kita tumbuh dewasa dengan kehidupan baru yang lebih matang. Demi melihat itu semua, apapun rela mereka pertaruhkan. Sungguh mereka tak ingin membayangkan ketika waktu yang mereka miliki terpaksa direnggut oleh takdir. Sungguh mereka akan berjuang sekuat tenaga sampai pada masa mimpi sederhana itu jadi nyata.

Mereka bertekad untuk selalu jadi kuat. Meski usia kian menguras tenaga mereka, namun kekuatan mereka lah yang ingin mereka bagi dengan kita. Niat murni mereka lah yang mereka hadiahkan pada kita. Sungguh, mengapa terkadang kita sulit menyadari hal itu. Betapa meruginya kita telah tidak menyadari keberuntungan besar itu.

Mereka akan selalu seperti itu. Mereka tak akan lelah menjadi pendukung kita. Mereka tidak akan pernah bosan menopang kita. Mereka ingin tersenyum bahagia ketika kita dewasa nanti. Mereka ingin lega melepas kita  pada kehidupan kita sendiri yang lebih mandiri. Suatu saat nanti, saat waktunya tiba, ketika mereka tak mampu lagi tegak berdiri untuk kita.


No comments:

Post a Comment