Netflix akhirnya ngerilis Squid Game Season 3 tanggal 27 Juni 2025, cuma 6 bulan setelah season 2 tayang. Karena dua musim ini diproduksi sekaligus, penonton nggak perlu nunggu lama. Dan emang udah pas banget, soalnya ending season 2 tuh gantung banget, bikin banyak yang penasaran gimana kelanjutan misinya Sung Gihun.
Season 3 ini langsung ngegas dari awal—game baru, karakter lama yang kembali, dan konflik batin yang makin intens. Tapi apakah season terakhir ini berhasil memenuhi ekspektasi penonton? Hmm, yuk kita bahas!
Permainan Masih Jadi Daya Tarik Utama
Di musim ini, ada tiga permainan baru yang masih terinspirasi dari permainan anak-anak Korea. Tapi sayangnya, pemilihan game-nya agak terlalu “aman”. Bahkan dua game pertama mungkin familiar buat banyak orang di Asia, termasuk Indonesia. Jadi, sensasi baru dan original-nya agak berkurang dibanding season sebelumnya.
Padahal menarik banget kalau mereka pakai game yang lebih “asing” dan bikin penasaran. Tapi ya, bikin game anak jadi mematikan emang nggak semudah itu juga sih. Dan di balik semua itu, art direction dan properti masih jempolan. Detail banget, suasananya dapet, dan keliatan totalitas Netflix dalam ngebangun dunia Squid Game.
Karakter Utama: Gihun, Kamu Kenapa?
Salah satu yang paling mencolok adalah perubahan karakter Sung Gihun. Dari heroik di season 2, dia jadi gelap mata dan penuh dendam di season 3. Meskipun pada akhirnya dia “bangkit” lagi, perubahan drastis ini cukup bikin kaget dan... sedih juga sih. Tapi credit untuk Lee Jung Jae, aktingnya tetap luar biasa, bisa nampilin tiga versi Gihun yang beda banget di tiap season.
Sementara karakter lain seperti Hwang Jun Ho dan Frontman, terasa nggak banyak progres. Jun Ho masih stuck di misi yang sama dari season 1, dan Frontman kayak “dilindungi semesta” banget. Nggak ada konfrontasi besar, nggak ada konflik yang meledak, padahal potensinya gede banget.
Karakter Tambahan: Ada yang Bersinar, Ada yang Bikin Emosi
Beberapa karakter tambahan mencuri perhatian. Kang No Eul, si pink guard yang punya misi personal, jadi karakter kuat yang sukses dan memuaskan banget arc-nya. Sementara itu, karakter seperti Myung Gi bener-bener bikin penonton naik darah. Dari desperate jadi licik dan manipulatif—sebuah karakter dengan “reverse development” yang sukses bikin gregetan.
Ada juga momen tragis yang emosional, seperti kematian Hyunju yang terasa nggak perlu, dan pengorbanan Geumja yang bittersweet. Squid Game tetap konsisten menghadirkan drama intens yang bikin penonton mikir ulang soal moralitas dan keputusan manusia di situasi ekstrem.
Kelebihan & Kekurangan
Dari segi produksi, Squid Game tetap unggul. Set-nya artistik, desain permainannya punya makna, dan kualitasnya nggak main-main. Tapi dari sisi cerita, terutama bagian karakter dan konflik “luar” Squid Game, agak kurang menggigit. Harapan-harapan yang dibangun sejak season 2 nggak semuanya ditebus dengan memuaskan.
Dan yang paling bikin angkat alis? Cameo Cate Blanchett di ending! Jadi recruiter cabang LA? Main ddakji di gang Los Angeles? Eeeh, Netflix, ini serius?
Penutup
Squid Game Season 3 mungkin bukan season terbaik, tapi tetap jadi penutup yang cukup berkesan. Ada momen-momen emosional, karakter-karakter menarik, dan tentu saja—kritik sosial yang masih terasa. Tapi kalau kamu berharap ending yang bombastis atau konfrontasi besar-besaran, bisa jadi bakal merasa agak zonk.
Anyway, kalau kamu udah nonton dan ngerasa kayak aku—antara puas, sebel, dan bingung—boleh banget curhat di kolom komentar ya!
Image taken from:
Netflix