Saturday, 22 November 2025

Good News — Black Comedy Korea yang Berani, Satir, dan Bikin Nagih

Good News official poster

Premis yang Beda dari Film Hijacking Lain

Good News terinspirasi dari insiden pembajakan pesawat Japan Airlines Flight 351 (1970)—kisah nyata yang di satu sisi tragis, tapi di sisi lain punya elemen absurd yang hampir nggak bisa dipercaya. Karena itulah film ini memilih genre black comedy, bukan action-thriller seperti Hijack 1971 atau Emergency Declaration.

Alih-alih fokus pada ketegangan semata, film ini menyorot kekacauan di balik layar: strategi pemerintah, trik intelijen, dan manuver politik yang sama gilanya dengan situasi pembajakan itu sendiri. Hasil akhirnya jadi tontonan yang terasa fresh, satir, dan surprisingly fun.


Line-Up Cast yang Solid dan Penuh Kejutan

Film ini rame banget sama aktor papan atas dari Korea dan Jepang.

Sol Kyung Gu sebagai “Nobody”

Salah satu peran paling beda dari filmografinya. Karakternya laid-back, eksentrik, santai, tapi sebenarnya adalah otak utama dari rencana pendaratan darurat pesawat yang dibajak. Unik, aneh, tapi karismatik.

Hong Kyung sebagai Seo Go Myung

Performa standout. Di sini ia berperan sebagai letnan muda jenius yang jadi kunci operasi “double hijacking” untuk mengelabui para pembajak.

  • Dialog 3 bahasa (Korea, Inggris, Jepang)
  • Gestur dan ekspresi detail
  • Aura karismatik yang kuat

Nggak heran peran ini viral, dan cocok banget buat jadi pijakan menuju banyak main lead di proyek berikutnya.

Ryu Seung Bum sebagai Park Sang Hyeon

Aktor yang selalu total. Karakternya ambisius, keras kepala, penuh emosi, dan kadang terlihat “anak kecil yang harus selalu diturutin.” Meski nyebelin, tetap charming berkat pembawaan khas Ryu Seung Bum.

Cast Jepang yang Sama Kuatnya

Karena kisah aslinya berasal dari Jepang, beberapa aktor Jepang juga ikut terlibat:

  • Takayuki Yamada sebagai Wakil Menteri Transportasi Jepang
  • Show Kasamatsu sebagai leader kelompok ekstremis
  • Nairu Yamamoto sebagai anggota pembajak yang tempramen

Mereka semua ngasih warna tersendiri dan bikin dinamika film makin hidup.


Teknik Directing yang Kreatif & Nendang

Byun Sung Hyun ngasih sentuhan visual yang terasa:

  • momen breaking the 4th wall,
  • visualisasi imajinasi karakter yang absurd,
  • storytelling yang playful,
  • properti yang detail,
  • warna dan tone yang rapi dan stylish.

Walaupun setting-nya tentang tragedi, eksekusinya terasa seperti melihat dunia absurd yang (anehnya) tetap grounded pada realita.


Satir Politik yang Kena, Tanpa Jadi Berat

Di balik komedinya, Good News juga berisi kritik sosial:

  • Orang berkuasa yang lebih peduli ego dan kepentingan politik,
  • Keputusan impulsif yang membahayakan banyak orang,
  • Konflik pribadi vs tanggung jawab negara.

Namun film ini tetap menunjukkan sisi manusiawi: beberapa karakter masih punya hati nurani, rasa bersalah, dan keinginan untuk menyelamatkan nyawa, meski mereka juga terjebak dalam hierarki kekuasaan.


Kesimpulan

Good News adalah paket lengkap:

  • lucu tapi tajam,
  • absurd tapi grounded,
  • satir tapi tetap menghormati tragedi,
  • dan penuh karakter unik yang memorable.

Dengan tone yang berani, film ini berhasil mengubah kejadian nyata yang “lebih absurd dari fiksi” menjadi tontonan yang cerdas dan menghibur. Cocok buat penonton yang suka black comedy dengan sentuhan geopolitik dan karakter-karakter eksentrik yang nyeleneh tapi lovable.


Image taken from:

Netflix

Tuesday, 11 November 2025

Romantics Anonymous — Kisah Hangat Tentang Cinta dan Ketakutan

Romantics Anonymous official poster

Kadang, jatuh cinta bukan soal keberanian besar, tapi tentang berani membuka diri meski hati penuh ketakutan. Itulah yang coba diceritakan lewat Romantics Anonymous, film (atau serial, tergantung versi rilisnya) yang sederhana tapi manis, menghangatkan hati tanpa harus jadi terlalu dramatis.


Cerita yang Manis dan Penuh Empati

Romantics Anonymous bercerita tentang dua orang yang sama-sama pemalu dan hidup dengan rasa cemas sosial. Mereka berdua sama-sama jago membuat cokelat, tapi tidak jago mengungkapkan perasaan. Pertemuan mereka membawa penonton ke perjalanan kecil yang lembut, penuh momen kikuk, manis, dan apa adanya.

Alih-alih menawarkan kisah cinta megah, cerita ini fokus pada hal-hal kecil yang bikin penonton senyum tanpa sadar: sapaan gugup, tangan yang gemetar, atau keberanian sederhana untuk jujur pada diri sendiri.


Cokelat, Kenangan, dan Penyembuhan

Ada sesuatu yang terapeutik di setiap adegan Romantics Anonymous. Cokelat di sini bukan sekadar makanan manis, tapi jadi simbol cinta dan penyembuhan. Setiap gigitan cokelat yang dibuat para karakternya terasa seperti pelukan lembut bagi diri sendiri.

Visualnya pun hangat, dengan warna-warna lembut yang menciptakan suasana nyaman, pas buat ditonton sambil ngopi atau ngemil di malam tenang.


Pemeran dan Chemistry yang Natural

Para pemainnya berhasil membawa karakter yang kikuk jadi terasa nyata dan menggemaskan. Tanpa perlu adegan berlebihan, interaksi mereka sudah cukup buat penonton ikut deg-degan. Chemistry-nya terasa tulus, seperti dua orang nyata yang sedang belajar menghadapi dunia bersama-sama.


Cocok untuk Penonton yang Cari Cerita Hangat

Romantics Anonymous cocok buat siapa pun yang ingin rehat dari drama berat atau kisah cinta yang terlalu kompleks. Ceritanya ringan, tapi punya pesan yang dalam: bahwa mencintai orang lain dimulai dari berani menerima diri sendiri dulu.

Buat yang suka kisah lembut dengan sentuhan humor dan tema self-healing, tontonan ini wajib masuk watchlist.


Image taken from:

Netflix

Sunday, 19 October 2025

Tempest — Chemistry Gila-Gilaan di Drama Action Romance Penuh Intrik

Tempest official poster

Kalau ngomongin drama action romance yang penuh ketegangan tapi juga punya chemistry luar biasa antara dua karakter utama, Tempest jelas wajib banget masuk daftar tontonan. Series ini berhasil ngasih kombinasi yang pas antara aksi, emosi, dan misteri, tanpa terasa berlebihan di salah satu sisinya.

Disutradarain sama Kim Hee Won (Queen of Tears, Vincenzo, Little Women) bareng Heo Myeong Haeng (The Roundup: Punishment, Badland Hunters), dan ditulis sama Jung Seo Kyoung (The Handmaiden, Decision to Leave), Tempest jadi salah satu project paling ambisius tahun ini.

Magnet terkuatnya jelas dua pemeran utamanya: Kang Dong Won dan Jun Ji Hyun. Dua nama besar yang udah lama banget gak muncul di K-drama, dan kali ini disatuin di satu layar. Dari visual aja udah kelihatan kalau ini salah satu dream pairing yang elegan, karismatik, dan punya aura classy yang susah disaingin.


Plot Singkat

Cerita Tempest berpusat sama Seo Munju (Jun Ji Hyun), istri kandidat calon presiden Korea Selatan yang hidupnya berantakan setelah suaminya dibunuh di depan umum. Di tengah kekacauan itu, muncul sosok misterius namanya Baek Sanho (Kang Dong Won) yang nyelametin Munju dari serangan pelaku. Sejak saat itu, hidup Munju berubah total, dia harus ngehadapin bahaya, pengkhianatan, dan rahasia besar di balik kematian suaminya.

Sepanjang 9 episode, penonton diajak buat nebak-nebak siapa sebenarnya orang jahat di balik semua itu. Hampir semua karakter punya sisi abu-abu, bahkan si tokoh utama pun sempat bikin ragu: ini orang niat nolong, atau punya agenda tersembunyi? Ceritanya padat, berlapis, dan kadang agak “berat”, apalagi karena banyak nyentuh isu geopolitik dan national security.


Akting dan Chemistry

Jun Ji Hyun tampil beda banget di sini. Gak lagi jadi karakter quirky yang lucu atau konyol, tapi jadi figur elegan dan kuat, sosok perempuan yang cerdas, berani, tapi juga penuh luka. Sementara Kang Dong Won? Paket lengkap banget. Karakter Baek Sanho yang misterius, jago bela diri, tapi juga punya sisi lembut, bener-bener cocok sama image-nya. Dan chemistry mereka? Meledak! Gak cuma di adegan romantis, tapi juga waktu adegan penyelamatan yang deg-degan, bikin jantung penonton deg-degan bukan karena bom, tapi karena interaksi mereka berdua.

Selain dua pemeran utama, jajaran cast-nya juga gak main-main. Ada Park Hae Joon, Kim Hae Sook, Lee Mi Sook, Oh Jung Se, sampai John Cho yang debut di K-drama lewat proyek ini.


Pesan dan Tema

Di balik plot yang berliku, Tempest ngangkat tema yang cukup berbobot. Drama ini nyentil keras perilaku orang-orang berkuasa yang ngerasa kebal hukum, bisa ngatur segalanya demi kepentingan pribadi. Juga nunjukin sisi kelam pejabat yang ngelakuin hal kotor demi “pembenaran”. Di sinilah nilai moral Tempest terasa kuat: kebenaran gak ditentuin oleh siapa yang paling berkuasa, tapi siapa yang berani berdiri di sisi yang benar.


Beberapa Catatan

Meski keren banget dari segi konsep dan akting, Tempest bukan tanpa cela. Beberapa detail kasus dan investigasi terasa terlalu cepat, mungkin karena jumlah episodenya cuma sembilan. Ada juga beberapa plot hole kecil yang keburu dilewatin, plus nuansa “ancaman perang” yang jadi latar besar ceritanya gak terlalu terasa intens. Tapi semua itu masih bisa dimaafkan karena storytelling dan chemistry pemainnya udah cukup buat bikin penonton betah.


Tentang Ending

Ending Tempest termasuk yang bikin campur aduk. Tragis tapi bermakna. Banyak yang berharap Baek Sanho masih hidup, tapi secara narasi, akhir yang tragis ini justru bikin perjuangan Seo Munju terasa lebih kuat. Pesan yang tersisa pun jadi lebih dalam, bahwa cinta mereka bukan cuma soal dua orang, tapi tentang sesuatu yang lebih besar: perdamaian dan kemanusiaan.


Worth to Watch?

Buat yang suka drama action intens dengan bumbu romansa yang dalem, Tempest wajib banget masuk watchlist. Visual yang satisfying, chemistry memikat, dan cerita yang bikin mikir. Selain jadi comeback spektakuler dua mega-bintang Korea, Jun Ji Hyun dan Kang Dong Won, drama ini juga bukti bahwa K-drama action politik bisa dikemas dengan elegan dan emosional sekaligus.

Satu kata buat Tempest: “Powerful.” Baik dari segi pesan, emosi, maupun auranya.


Image taken from:

Hotstar Singapore

Monday, 6 October 2025

Alice in Borderland 3 — Arisu, Usagi, dan Dunia di Ambang Kematian



Setelah lama banget ditunggu, Alice in Borderland Season 3 akhirnya rilis juga di Netflix tanggal 25 September 2025. Masih digarap sama Shinsuke Sato bareng penulis naskah Yasuko Kuramitsu, season ini hadir dengan 6 episode yang penuh misteri, aksi, dan drama emosional.

Diadaptasi dari manga Imawa no Kuni no Arisu karya Haro Aso, serial ini tetap mempertahankan ciri khasnya, dunia penuh game berbahaya, tapi kali ini ada sentuhan makna yang lebih dalam soal hidup dan kematian.


Cerita Singkat

Season 3 ini nunjukin sisi baru dari dunia Borderland. Kalau sebelumnya tempat ini cuma terlihat kayak dunia aneh yang muncul entah dari mana, kali ini ternyata ada alasan di balik keberadaannya. Borderland digambarkan sebagai ruang di antara hidup dan mati, tempat orang-orang yang masih punya luka batin atau trauma belum bisa benar-benar pergi.

Usagi belum bisa berdamai dengan masa lalunya, dan itu bikin dia balik lagi ke Borderland. Arisu pun ikut masuk, niatnya buat nyelamatin Usagi dan ngajak pulang. Dari situ, dimulai lagi perjalanan baru yang nggak kalah intens dari dua season sebelumnya. Game-game baru muncul, musuh baru datang, dan misteri soal kartu Joker akhirnya mulai terungkap.


Karakter dan Akting

Kento Yamazaki dan Tao Tsuchiya balik lagi sebagai Arisu dan Usagi. Kali ini, dua karakter ini keliatan jauh lebih dewasa. Arisu nggak lagi si cowok pesimis kayak dulu, sekarang lebih berani dan tangguh. Sementara Usagi tetap jadi sosok yang kuat tapi tetap punya sisi lembut yang bikin penonton ngerasa relate.

Secara visual, Alice in Borderland 3 tetap juara. Efek CGI-nya makin niat, dari adegan ledakan sampai bencana besar semuanya keliatan megah banget. Nggak cuma keren, tapi juga bikin tegang dan betah nonton.

Selain Arisu dan Usagi, ada juga beberapa wajah lama yang muncul lagi, kayak Ann yang selalu tampil keren, plus Banda dan Yaba yang masih misterius seperti biasa. Karakter baru seperti Ryuji (Kento Kaku) juga bikin cerita makin menarik karena obsesinya sama dunia setelah kematian.


Yang Bikin Season Ini Berbeda

Season 3 terasa lebih “dalem” dibanding dua musim sebelumnya. Fokusnya bukan cuma di aksi dan strategi bertahan hidup, tapi juga di sisi emosional tiap karakter. Banyak momen yang bikin mikir tentang arti hidup, rasa kehilangan, dan perjuangan buat berdamai dengan masa lalu.

Ada juga beberapa karakter baru yang mewakili sisi manusia yang lebih “real”, kayak ibu rumah tangga korban KDRT atau pelajar korban bullying. Ceritanya jadi lebih membumi dan terasa dekat dengan kehidupan nyata, walau latarnya tetap dunia aneh penuh game mematikan.


Kesimpulan

Alice in Borderland Season 3 berhasil kasih nuansa baru yang lebih emosional tanpa kehilangan ketegangan khasnya. Visualnya keren, ceritanya makin berisi, dan para pemainnya tampil solid banget.

Buat yang suka cerita tentang survival tapi juga nyentuh sisi manusia, season ini wajib banget ditonton. Gak cuma soal menang atau kalah di game, tapi juga tentang gimana seseorang berani menghadapi rasa sakit dan tetap bertahan hidup.

Image taken from:
Netflix

Sunday, 24 August 2025

Glass Heart — Ketika Musik, Drama, dan Cinta Beradu dalam Sebuah J-Dorama

Glass Heart official poster

Kenapa Wajib Nonton?

Jujur, alasan pertama jelas karena line up cast-nya kece badai: Takeru Satoh, Keita Machida, Jun Shison, Yu Miyazaki, sampai Masaki Suda. Udah kebayang kan vibes eyecandy-nya? 🤭

Selain itu, temanya juga gue banget: J-dorama + Japanese rock band. Apalagi para aktor ini beneran latihan instrumen biar bisa perform langsung di series. Jadi bukan sekadar “acting pura-pura ngeband” doang. Respect banget!


Cerita Singkat

Glass Heart ngikutin perjalanan sebuah band rock baru bernama TENBLANK. Para member awalnya musisi solo, tapi akhirnya disatuin oleh Naoki Fujitani (Takeru Satoh), musisi jenius yang pengen ngebentuk band bareng orang-orang yang sama-sama passionate sama musik.

Kita bakal ngeliat gimana perjalanan mereka: mulai dari debut stage, bikin MV, tour konser, sampai menghadapi konflik personal dan rahasia yang bisa mengguncang band. Selain musik, ada juga drama persahabatan, pengkhianatan, sampai bumbu romance yang bikin makin greget.


Visual & Musik yang Totalitas

Salah satu highlight Glass Heart jelas ada di stage performance-nya. Konsernya bener-bener real scale, crowd asli, panggung megah—kayak nonton live concert beneran. Ditambah lagi pengambilan gambarnya kreatif banget, pake drone, slow motion, sampai filter bokeh yang bikin dramatis sekaligus estetik.

Dan yang paling berkesan tentu aja OST-nya. Semua lagu dibawain langsung sama cast sebagai TENBLANK, bahkan mereka merilis album debut beneran berjudul Glass Heart. Ada tiga lagu favorit yang ditulis Yojiro Noda (RADWIMPS): Crystalline Echo, Forever Eve, dan Glass Heart. Musiknya emosional, puitis, dan gampang nempel di hati.


Karakter yang Kuat

Naoki Fujitani (Takeru Satoh): Musisi jenius, karismatik, dijuluki “Amadeus of Rock”.

Akane Saijyo (Yu Miyazaki): Drummer cewek mungil tapi powerful, jadi muse sekaligus nyawa baru TENBLANK.

Sho Takaoka (Keita Machida): Gitaris keren, supportive, sekaligus jadi penyeimbang Fujitani.

Kazushi Sakamoto (Jun Shison): Keyboardist berbakat, agak tsundere, dan secretly punya perasaan ke Akane.

Chemistry mereka berempat sebagai band tuh dapet banget, baik on screen maupun off screen. Rasanya kayak beneran liat band baru lahir di dunia nyata.


Kesimpulan

Glass Heart bukan cuma dorama tentang musik, tapi juga tentang passion, persahabatan, dan cinta. Dari akting para aktor yang totalitas, konser megah, sampai OST yang bisa bikin merinding, series ini jelas sayang banget kalau dilewatin—apalagi buat kamu yang suka J-rock dan drama musikal.

Kalau aku sih, Glass Heart ini paket komplit: visual cakep, musik keren, drama dapet, romance manis. Dan yes, 10 episode-nya bisa bikin kamu marathon tanpa sadar semalaman. 🎸✨


Image taken from:

Netflix 

Tuesday, 29 July 2025

Squid Game 3 — Penutup yang Greget dan Bikin Campur Aduk

Squid Game 3 official poster

Netflix akhirnya ngerilis Squid Game Season 3 tanggal 27 Juni 2025, cuma 6 bulan setelah season 2 tayang. Karena dua musim ini diproduksi sekaligus, penonton nggak perlu nunggu lama. Dan emang udah pas banget, soalnya ending season 2 tuh gantung banget, bikin banyak yang penasaran gimana kelanjutan misinya Sung Gihun.


Season 3 ini langsung ngegas dari awal—game baru, karakter lama yang kembali, dan konflik batin yang makin intens. Tapi apakah season terakhir ini berhasil memenuhi ekspektasi penonton? Hmm, yuk kita bahas!


Permainan Masih Jadi Daya Tarik Utama

Di musim ini, ada tiga permainan baru yang masih terinspirasi dari permainan anak-anak Korea. Tapi sayangnya, pemilihan game-nya agak terlalu “aman”. Bahkan dua game pertama mungkin familiar buat banyak orang di Asia, termasuk Indonesia. Jadi, sensasi baru dan original-nya agak berkurang dibanding season sebelumnya.


Padahal menarik banget kalau mereka pakai game yang lebih “asing” dan bikin penasaran. Tapi ya, bikin game anak jadi mematikan emang nggak semudah itu juga sih. Dan di balik semua itu, art direction dan properti masih jempolan. Detail banget, suasananya dapet, dan keliatan totalitas Netflix dalam ngebangun dunia Squid Game.


Karakter Utama: Gihun, Kamu Kenapa?

Salah satu yang paling mencolok adalah perubahan karakter Sung Gihun. Dari heroik di season 2, dia jadi gelap mata dan penuh dendam di season 3. Meskipun pada akhirnya dia “bangkit” lagi, perubahan drastis ini cukup bikin kaget dan... sedih juga sih. Tapi credit untuk Lee Jung Jae, aktingnya tetap luar biasa, bisa nampilin tiga versi Gihun yang beda banget di tiap season.


Sementara karakter lain seperti Hwang Jun Ho dan Frontman, terasa nggak banyak progres. Jun Ho masih stuck di misi yang sama dari season 1, dan Frontman kayak “dilindungi semesta” banget. Nggak ada konfrontasi besar, nggak ada konflik yang meledak, padahal potensinya gede banget.


Karakter Tambahan: Ada yang Bersinar, Ada yang Bikin Emosi

Beberapa karakter tambahan mencuri perhatian. Kang No Eul, si pink guard yang punya misi personal, jadi karakter kuat yang sukses dan memuaskan banget arc-nya. Sementara itu, karakter seperti Myung Gi bener-bener bikin penonton naik darah. Dari desperate jadi licik dan manipulatif—sebuah karakter dengan “reverse development” yang sukses bikin gregetan.


Ada juga momen tragis yang emosional, seperti kematian Hyunju yang terasa nggak perlu, dan pengorbanan Geumja yang bittersweet. Squid Game tetap konsisten menghadirkan drama intens yang bikin penonton mikir ulang soal moralitas dan keputusan manusia di situasi ekstrem.


Kelebihan & Kekurangan

Dari segi produksi, Squid Game tetap unggul. Set-nya artistik, desain permainannya punya makna, dan kualitasnya nggak main-main. Tapi dari sisi cerita, terutama bagian karakter dan konflik “luar” Squid Game, agak kurang menggigit. Harapan-harapan yang dibangun sejak season 2 nggak semuanya ditebus dengan memuaskan.


Dan yang paling bikin angkat alis? Cameo Cate Blanchett di ending! Jadi recruiter cabang LA? Main ddakji di gang Los Angeles? Eeeh, Netflix, ini serius?


Penutup

Squid Game Season 3 mungkin bukan season terbaik, tapi tetap jadi penutup yang cukup berkesan. Ada momen-momen emosional, karakter-karakter menarik, dan tentu saja—kritik sosial yang masih terasa. Tapi kalau kamu berharap ending yang bombastis atau konfrontasi besar-besaran, bisa jadi bakal merasa agak zonk.


Anyway, kalau kamu udah nonton dan ngerasa kayak aku—antara puas, sebel, dan bingung—boleh banget curhat di kolom komentar ya!


Image taken from:

Netflix

Saturday, 28 June 2025

Lost in Starlight — Film Animasi Korea yang Bikin Hati Hangat dari Bumi Sampai Mars

Lagi cari tontonan singkat tapi berkesan? Nah, aku punya rekomendasi seru nih buat kamu yang pengen ngelepas penat sejenak. Coba deh nonton Lost in Starlight, film animasi Korea yang baru banget rilis di Netflix tanggal 30 Mei 2025 kemarin. Genrenya romance dengan bumbu sci-fi yang bikin ceritanya jadi terasa lebih spesial dan unik.


Film ini disutradarai oleh Han Ji Won, animator muda dari Seoul yang juga nulis naskahnya bareng Kang Hyun Joo. Durasi filmnya nggak panjang—cuma sekitar 1,5 jam—jadi cocok banget buat ditonton di tengah jadwal padat.


Kenapa Menarik?

Jujur, aku nonton ini awalnya karena penasaran sama dua pengisi suaranya: Kim Taeri dan Hong Kyung! Mereka sebelumnya pernah bareng di drama Revenant (2023) dan chemistry mereka tuh... duh, susah dilupain. Nah, kali ini mereka reuni lagi, tapi dalam bentuk animasi dan jadi couple beneran! Bahkan ini pertama kalinya mereka nyobain voice acting, jadi makin penasaran deh.


Menariknya lagi, Lost in Starlight jadi film animasi Korea pertama yang tayang di Netflix secara eksklusif. Ini bisa jadi langkah awal supaya film animasi Korea makin dikenal luas kayak anime Jepang atau animasi Barat.


Cerita Romantis di Tengah Galaksi 

Cerita Lost in Starlight cukup sederhana tapi menyentuh. Tentang Nan Young, seorang astronot muda yang bertekad meneliti kemungkinan kehidupan di Mars, dan Jay, seorang musisi yang lagi mencari jati diri. Mereka terpaksa LDR, bukan antar kota... tapi antar planet! Yup, dari Bumi ke Mars. Gila nggak tuh?


Walaupun latarnya sci-fi, tapi film ini tetap humanis dan relatable. Apalagi dibumbui visual animasi yang cantik banget—kombinasi nuansa futuristik dan retro dengan warna-warna hangat yang bikin hati adem. Desain animasinya punya tone nostalgic dan dreamy yang bikin kita betah nonton dari awal sampai akhir.


Fakta Unik & OST yang Bikin Betah

Film ini pakai teknik prescoring, jadi voice acting direkam sebelum animasinya jadi. Bahkan ada proses live-action shooting juga lho, supaya gerakan karakter lebih hidup dan natural. Lucunya, beberapa lagu di film ini juga dinyanyiin langsung oleh Kim Taeri dan Hong Kyung! Salah satunya berjudul Bon Voyage, dan satu lagi Life Goes On yang super nostalgia dan manis banget.


OST-nya didominasi nuansa indie-pop dan ambient space yang dreamy. Bikin suasana film makin kerasa hangat dan syahdu. Dan yang lebih spesial, lirik lagunya juga ditulis langsung oleh dua aktor utamanya. Jadi nggak cuma akting, mereka juga beneran “all in” buat project ini.


Cocok Buat Siapa?

Kalau kamu suka animasi yang artistik, romantis, tapi tetap ringan ditonton, film ini wajib banget masuk watchlist. Apalagi buat penggemar Kim Taeri atau Hong Kyung, dijamin puas deh liat chemistry mereka, walaupun cuma lewat suara. Buat yang suka visual artsy dan cerita yang heartwarming, Lost in Starlight bisa jadi pilihan manis buat nemenin akhir pekanmu.


Itu dia sedikit obrolan santai tentang Lost in Starlight. Sebuah kisah yang nunjukkin betapa besarnya kekuatan cinta bisa menyatukan dua hati—bahkan kalau mereka terpisah sejauh Bumi dan Mars.


Image taken from:

Netflix

Saturday, 14 June 2025

Resident Playbook — Spin-Off Solid yang Bikin Dunia Yulje Makin Hidup

Resident Playbook official poster

Setelah nunggu lama, akhirnya kita bisa ngeliat dunia Yulje Hospital lagi lewat Resident Playbook! Spin-off dari Hospital Playlist ini berhasil bikin aku betah nonton dari episode pertama sampai terakhir. Meskipun terasa lebih "kalem" dibanding pendahulunya, drama ini punya pesona unik yang bikin nontonya tetap menyenangkan.


Bukan Five Doctors, Tapi Tetap Nempel di Hati

Berbeda dari Hospital Playlist yang fokus ke lima dokter spesialis, Resident Playbook ngangkat kisah para dokter residen di bidang obgyn—alias dokter kandungan. Setting-nya masih sama di Yulje Hospital, jadi buat yang udah familiar pasti langsung ngerasa "pulang ke rumah".


Karakternya emang baru, tapi mereka punya dinamika yang seru banget. Mungkin awalnya agak butuh waktu buat nempel di hati, tapi setelah beberapa episode, masing-masing dari mereka punya daya tarik sendiri-sendiri. Drama ini fokus ke kehidupan para dokter muda yang lagi berjuang di masa residensi, yang capeknya nggak main-main tapi tetap diselipin banyak momen hangat dan lucu.


Nuansa Hangat dan Manusiawi

Seperti Hospital Playlist, drama ini tetap mempertahankan gaya storytelling yang manusiawi banget. Nggak ada drama lebay, nggak ada antagonis jahat, tapi konfliknya tetap terasa realistis—baik dari sisi pekerjaan maupun kehidupan pribadi. Setiap episode ngasih kita sudut pandang baru tentang betapa rumit, menantang, tapi juga menyentuhnya dunia kedokteran.


Dan tentu aja, dokter-dokternya nggak cuma sibuk di ruang bersalin atau ruang operasi. Kita juga ngeliat kehidupan mereka di luar jam kerja, hubungan antar residen, sampai interaksi mereka sama pasien yang kadang lucu, kadang bikin mewek.


Obgyn Bisa Jadi Menarik

Salah satu hal menarik dari drama ini adalah bagaimana mereka bikin dunia obgyn jadi relatable dan penuh emosi. Banyak kasus pasien yang ngena, dan bisa bikin kita mikir tentang pentingnya empati di dunia medis. Tapi, jangan khawatir, tetap ada selipan komedi yang bikin drama ini nggak berat-berat amat. Beneran seimbang antara serius dan ringan.


Yulje Cinematic Universe?

Buat penggemar Hospital Playlist, spin-off ini kayak ngasih rasa lanjutan tanpa harus menggantikan. Ada momen-momen nostalgia, tapi juga banyak hal baru. Bahkan ada beberapa cameo dari karakter lama yang bikin senyum-senyum sendiri. Rasanya kayak lagi nonton bab baru di semesta Yulje, dan aku nggak keberatan kalo ini jadi awal dari semacam Yulje Cinematic Universe.


Kesimpulan

Resident Playbook adalah spin-off yang solid, emosional, dan penuh rasa. Cocok buat kamu yang suka drama slice-of-life yang menyentuh tanpa drama berlebihan. Buat yang belum nonton Hospital Playlist, kamu tetap bisa menikmati Resident Playbook sebagai cerita yang berdiri sendiri. Tapi buat yang udah cinta sama Yulje sejak lama? Ini kayak pelukan hangat yang lama dinanti.


Image taken from: Netflix Indonesia

Monday, 12 May 2025

A Sign of Affection – Romansa Manis dan Bahasa Isyarat

A Sign of Affection official poster

Kali ini ada satu rekomendasi anime romance yang manis banget buat kamu tonton. Judulnya A Sign of Affection atau dalam Bahasa Jepangnya Yubisaki to Renren. Bisa juga diterjemahkan sebagai Cinta dan Isyarat.


Anime ini tayang mulai 6 Januari sampai 23 Maret 2024, total ada 12 episode, dan tiap episodenya gak lebih dari 30 menit. Cocok banget buat kamu yang suka binge-watching tapi gak mau terlalu berat. Disutradarai oleh Yuta Murano dan ditulis oleh Yoko Yonaiyama, anime ini diadaptasi dari manga karya duo mangaka Suu Morishita yang udah cukup lama populer bahkan sempat diangkat jadi musikal di Jepang!


Cerita Ringan dengan Sentuhan Spesial

A Sign of Affection nyeritain tentang Yuki Itose, seorang mahasiswi tuli, yang hidupnya berubah sejak ketemu sama Itsuomi Nagi, seorang cowok keren, multibahasa, dan suka traveling. Ceritanya fokus ke hubungan mereka yang berkembang pelan-pelan, dengan segala dinamika khas anak muda—manis, kikuk, gemesin, dan kadang bikin deg-degan juga. Tapi tenang aja, konflik di anime ini gak terlalu berat. Justru itu yang bikin nyaman ditonton.


Yang bikin anime ini beda adalah eksplorasinya terhadap bahasa isyarat. Yuki menggunakan bahasa isyarat untuk komunikasi, dan cara penyajiannya di anime ini dibuat cukup jelas, terutama buat kita yang belum familiar. Bahkan sesekali kamu bisa ikutan belajar gerakan dasar bahasa isyarat Jepang. Selain itu, karakter-karakternya juga kadang komunikasi lewat chat di smartphone—lumayan bisa sekalian belajar baca huruf Jepang juga!


Visual dan Gaya yang Stylish

Salah satu hal yang paling mencolok dari anime ini adalah desain karakternya. Style gambarnya tuh stylish banget—fashionable tapi tetap realistis. Rasanya kayak lihat karakter dari cover novel teenlit, tapi dalam bentuk anime. Mulai dari baju, rambut, sampai makeup dan aksesoris semua keliatan niat dan gak monoton. Bahkan mereka pakai outfit berbeda tergantung musim, dari winter sampai spring. Jadi, visualnya gak cuma enak dilihat, tapi juga relevan dan masuk akal.


Yang seru juga, ada mode chibi di beberapa scene—biasanya pas karakternya malu, kesal, atau ngomel dalam hati. Ini nambahin elemen lucu dan bikin suasana jadi lebih hidup.


Heartwarming dan Penuh Cinta

Yuki adalah tipe karakter yang lovable banget. Polos, jujur, dan punya rasa ingin tahu tinggi karena dunianya selama ini cukup terbatas. Saat dia ketemu Itsuomi yang penuh pesona dan perhatian, mulai deh cerita cintanya berkembang. Yang menarik, meskipun Yuki gak bicara secara verbal, tapi kita tetap bisa “mendengar” isi hatinya lewat narasi dari voice actor-nya—bikin kita makin bisa merasakan emosinya.


Secara keseluruhan, A Sign of Affection adalah tontonan yang hangat, ringan, dan menyentuh. Buat kamu yang suka genre romance dengan pendekatan yang unik dan karakter yang relatable, anime ini layak banget buat masuk watchlist.


Image taken from:

KODANSHA

Tuesday, 29 April 2025

The Scandal of Chun Hwa – Sageuk yang Fresh dan Penuh Pesona

The Scandal of Chunhwa official poster

Drama ini tayang perdana 6 Februari 2025 di TVING Korea dan bisa ditonton di OTT platform Vidio. Genrenya romance, drama, dan setting-nya era kerajaan fiksi. Total ada 10 episode, disutradarai oleh Lee Kwang Young yang sebelumnya ngerjain Call It Love, No, Thank You, dan The Secret Life of My Secretary. Skenarionya ditulis oleh Seo Eun Jung.


Kenapa Aku Nonton?

Jujur, awalnya karena pemainnya. Go Ara comeback nih setelah 5 tahun, terakhir dia main di Do Do Sol Sol La La Sol. Kangen banget sama akting dia. Ditambah lagi lawan mainnya adalah Chang Ryul—aku mulai ngeh sama dia sejak Bargain (2022), yang konsepnya ala-ala one-take dan keren banget! Setelah itu, dia muncul di Daily Dose of Sunshine dan makin keliatan potensinya. Nah, The Scandal of Chunhwa ini jadi proyek sageuk pertamanya dia. Penasaran dong, ya!


Jadi, The Scandal of Chunhwa ini bukan tentang orang bernama Chunhwa ya, tapi tentang buku kontroversial berjudul sama yang isinya ternyata mirip banget sama kehidupan sang tokoh utama: Putri Hwari. Dia ini putri bungsu kerajaan Dongbangguk yang nggak mau dijodohin dan pengen milih suaminya sendiri. Dalam pencariannya, dia ketemu beberapa kandidat, termasuk si playboy kece Choi Hwan. Nah, buku yang tersebar itu bikin heboh karena isinya kayak nyindir kisah nyata sang putri.


Latarnya bener-bener fiksi, bukan sejarah asli Korea, tapi tetap punya nuansa era Joseon. Budaya, gaya busana, dan suasana kerajaannya cakep banget. Hanbok para bangsawan cewek cantik-cantik, dan fashion cowoknya juga classy. Ditambah sentuhan komedi dan vibe yang ringan, bikin drama ini nyaman banget ditonton. Gak berat, tapi tetap berisi.


Yang Bikin Berkesan

Salah satu yang bikin aku senyum-senyum sendiri adalah munculnya scene di masa modern! Kayak Easter egg gitu, nunjukkin versi kekinian para karakter. Lucu dan nggak maksa. Bukan tanda season 2 sih menurutku, tapi lebih ke pemanis penutup cerita.


Karakter & Akting

Putri Hwari ini karakter cewek yang kuat, berani, tapi tetap charming. Go Ara sukses total ngebawain karakternya dengan luwes, dari lucu sampai emosional semuanya pas. Fun fact: peran ini tadinya buat Go A Sung, tapi diganti karena cedera. Dan aktingnya Go Ara masuk banget di peran ini!


Choi Hwan yang diperanin Chang Ryul juga ngasih warna baru: playboy tapi green flag! Manis, gentle, pinter ngomong tapi nggak gombal, dan bener-bener bikin hati penonton mencair. Aura-nya tuh adem, suaranya juga lembut banget. Chemistry dia sama Go Ara pun dapet banget.


Yang bikin aku tambah suka, karakter pendukungnya juga kuat. Gak cuma figuran doang, tapi masing-masing punya pesona sendiri. Salah satu yang menonjol adalah Lee Jang Won (diperanin Kang Chan Hee) yang karismanya nggak kalah bikin penasaran.


Kesimpulan

Kalau kamu cari sageuk yang nggak bikin ngantuk tapi tetap punya cerita dan karakter yang kuat, The Scandal of Chunhwa bisa banget jadi pilihan. Ceritanya padat, visualnya cantik, dan akting pemainnya solid semua. Plus, ada kejutan manis di akhir yang bikin senyum-senyum sendiri.


Image taken from:

Vidio