Monday, 25 February 2013

I Need You to Need Me

Monday, February 25, 2013
7:03 AM

Adakah manusia di dunia ini yang tidak ingin menjadi seorang yang berarti bagi orang lain? Mendapat kesempatan berbuat sesuatu yang berharga bagi orang-orang yang dikasihinya. Memberi sedikit kontribusi, apapun bentuknya.

Sebagaimana bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Sebuah paham sekaligus prinsip yang diyakini oleh banyak orang. Hingga menciptakan sebuah hubungan ketergantungan yang tidak biasa lagi. Bukan hanya sekedar rasa membutuhkan kehadiran orang lain, tapi justru kebutuhan akan adanya kebutuhan akan kehadiran kita oleh orang lain.

Bayangkan saja! Jika setiap orang di dunia ini membutuhkan tempat untuk mereka menyalurkan kontribusi. Mereka semua ingin dibutuhkan oleh orang lain. Tapi, jika tidak ada satu pun manusia yang membutuhkan manusia lainnya, apa jadinya kondisi itu? Tentu semacam terjadi gelombang PHK massal, bukan? Menurunkan status seseorang yang tadinya berpotensi kemudian menjadi useless.

Beruntungnya, di dunia ini hampir mustahil kondisi seperti itu terjadi. Jadi, tentu saja setiap individu pasti akan memiliki ruang yang membutuhkan kontribusinya masing-masing. Apapun wujudnya, apapun bentuknya.

Namun, di balik kondisi yang cukup melegakan itu, terkadang kita menemukan kenyataan yang mungkin sekali terjadi. Kenyataan itu ialah ketika kita tidak kunjung menemukan siapa orang yang benar-benar membutuhkan diri kita. Kesempatan itu tidak kunjung terbuka. Membuat kita merasa tidak memiliki hak di manapun untuk berpartisipasi, untuk mencampuri urusan orang lain. Padahal, mungkin saja saat itu kita merasa begitu peduli dengan suatu urusan itu. Hingga rasanya ingin sekali ikut memberi sedikit sumbangsih di sana. Namun sayangnya, kita tidak kunjung dipersilakan oleh yang empunya untuk masuk ke sana.

Dalam kondisi seperti itu, bisa terjadi hal yang buruk jika kita memaksakan diri untuk melenggang ke sana. Tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba saja ikut mencemplungkan diri ke dalam urusan itu. Mungkin tak apa jika kedatangan kita di sana mampu memberi efek yang positif. Namun, akan lain ceritanya jika kita justru malah memperburuk keadaan yang terjadi. Apalagi jika ternyata orang-orang yang berwenang di sana ternyata kurang berkenan dengan kesewenangan kita. Bisa jadi kita justru masuk daftar hitam mereka nantinya. Blacklist!

Oleh karenanya, agaknya kita perlu menyadari satu hal. Bahwa kesempatan menjadi seseorang yang dibutuhkan itu, bukan merupakan suatu hal yang mudah didapatkan oleh semua orang. Sehingga ketika ada satu pintu yang dibukakan untuk kita dengan senang hati oleh tuannya, maka sebisa mungkin penuhilah undangan itu. Bisa jadi itu merupakan kesempatan langka yang tidak dimiliki oleh orang lain. Berusahalah secara maksimal untuk memenuhi permintaan mereka yang telah mengundang kita. Jangan biarkan kekecewaan tampak di mata mereka. Apapun bentuknya, ketika pemberian diserahkan dengan suka cita dan tulus ikhlas, maka satu catatan amalan baik lah yang akan menjadi hadiah bagi kita.

Yakinilah! Bahwa setiap kesempatan semacam itu, merupakan sebentuk penghargaan bagi kita. Sebuah bukti bahwa keberadaan kita diakui, partisipasi kita diharapkan, dan kehadiran kita selalu dinantikan. Bukankah bahagia rasanya jika kita bisa menjadi seorang yang berharga bagi orang lain?

Ya, dan syukurilah itu. Karena sesungguhnya kita hanya bagian kecil dari rantai simbiosis yang sangat kompleks. Berbahagialah ketika masih ada orang lain yang membutuhkan diri kita. Walau kita bukanlah seorang yang terpandang dan hanya sebagai pemegang peranan kecil di sana. So, just be proud to be the chosen one who needed by another.

No comments:

Post a Comment