Tuesday,
September 18, 2012
10:26 PM
Sekedar sebuah
pemaknaan terhadap hidup ini. Kehidupan yang katanya hanya datang sekali.
Setiap momennya tidak akan terulang di kemudian hari.
Indah suramnya,
semua bergantung pada bagaimana kita memaknainya.
Tak akan lengkap
jika hidup kita hanya garis lurus tak berkelok sedikit pun. Tak akan seru jika
hidup kita mulus saja tanpa ada kerikil barang sebutir pun. Betapa datarnya
hidup kita jika seperti itu adanya.
Mari menatap hidup
kita lebih jeli!
Satu dua pribadi
merasa hidupnya terlalu kejam. Agak berlebihan mungkin. Rasanya tak lengkap
hidupnya jika tak diwarnai dengan ratapan atas nasibnya sehari-hari. Seperti
mendapat kepuasan tersendiri ketika dunia telah mengetahui betapa hari-harinya
dipenuhi dengan rintangan yang supersulit untuk dikalahkan. Betapa lega hatinya
ketika kesah itu telah berhasil terlontarkan satu demi satu. Kalimat-kalimat
serapah yang sejatinya tidak akan mengubah satu keadaan sedikit pun, tanpa
hadirnya aksi nyata dari sang pemilik hidup.
Betapa satu hal yang
sesungguhnya tidak penting untuk ditunaikan.
Tidakkah kita
berpikir bahwa kerikil atau bahkan cadas yang melintang di hadapan kita
sesungguhnya memiliki kemenarikan tersendiri? Bukankah itu tampak seperti
sebongkah tantangan yang menanti untuk ditaklukkan? Bayangkan! Jika kita
berhasil mendaki jengkal demi jengkal sisi-sisi bebatuan yang tajam itu.
Alangkah bangganya! Bahkan semakin runcing, terasa lebih baik. Seberat apapun,
ikhlas itu akan meringankannya. Sungguh sebuah kesempatan. Sungguh kesulitan
pun akan menjadi sebuah kesyukuran. Karena yakin akan janji-Nya, adalah senjata
andalan. Bahwa sesungguhnya sesudah kesulitan pasti ada kemudahan. Begitu
janji-Nya.
Yakinlah bahwa kita
adalah hamba pilihan. Dengan kapasitas istimewa, melebihi makhluk-makhluk
sebayanya. Kita terpilih untuk kisah hidup penuh labirin itu. Kita yang
terpilih sebagai penakluk tebing batu nan curam itu. Kita telah terpilih
sebagai penggenggam api perjuangan yang menyejarah itu. Hanya karena kita
mampu. Hanya karena kita tangguh. Kitalah pilihan-Nya.
Satu hal lagi.
Ketika kepercayaan diri itu sudah mencapai batasnya. Ketika rasa itu sudah
enggan tampil ke depan. Bukan saatnya untuk kembali meratapi. Tapi. Inilah saat
yang tepat untuk melihat. Memandang sekeliling kita, lebih seksama. Ingat
kembali! Kita tidak sendiri. Dunia ini tidak sesunyi itu. Bangunlah! Masih
banyak orang lain di luar sana. Mereka yang sama-sama memiliki hidupnya
sendiri. Sama-sama menjemput kehidupan mereka sendiri. Hidup yang juga tak
pernah mereka tau ke mana rimbanya pergi. Entah ke pantai berpasir nan lembut
dan hangat, ataukah ke jurang curam yang berbatu. Mereka sama tidak
mengertinya.
Tengoklah lagi!
Bebatuan milik mereka banyak yang lebih cadas. Mungkin berpuluh kali lipat
cadasnya dibanding milik kita. Meskipun bukan seperti itu pula yang mereka
inginkan. Tak jauh berbeda dari keinginan kita. Tapi lihatlah! Mereka tetap
berjalan. Bersusah payah berdiri di atas kaki mereka sendiri. Meski satu dua
dengan nyata keterbatasan di sana-sini. Namun itulah mereka. Hanya menikmati.
Karena itu yang bisa mereka lakukan. Apa adanya mereka rasakan.
Tersenyumlah! Lagi!
Tanpa banyak timbang, tanpa perlu menakar ulang. Karena hidup kita memang tak
ada duanya. Hanya milik kita, dan beginilah adanya. Sungguh sayang untuk
disiakan. Sungguh berharga untuk dihamburkan. Karena setiap cadasnya adalah
kenikmatan.
Maka, nikmatilah!
No comments:
Post a Comment