Aku kaktus yang tangguh!
Aku ingin terus berkata seperti itu. Aku ingin terus meyakinkan diriku. Karena aku harus tangguh. Aku tidak punya pilihan lain. Aku harus tetap bertahan hidup di gurun ini.
Tapi kini aku takut. Seolah aku tak sanggup menatap hawa kering gurun yang menjadi habitatku ini. Aku takut. Jika aku tak dapat hidup di sini, lalu dimana lagi aku akan menggantungkan masa depanku?
Seharusnya aku dapat berdiri kokoh pada akar-akarku. Tegak berani dengan duri-duriku yang kuat. Tapi kini aku layu. Entah mengapa aku layu. Duri-duriku tak ingin menampakkan ketajamannya. Padahal aku sangat membutuhkannya. Itulah kekuatanku.
Aku merasa tak mampu bertahan sendiri lagi. Aku butuh siraman. Aku butuh penyegaran. Aku kehausan. Aku butuh air itu. Agar aku dapat kembali hidup. Aku ingin kembali hidup. Tapi mungkinkah di gurun seperti ini?
Aku memang terlahir untuk keekstriman ini. Aku memang tercipta istimewa untuk kondisi sesulit ini. Tapi mengapa kini aku justru tidak mempercayai kemampuanku sendiri. Aku lumpuh. Seolah duri-duriku berguguran satu per satu.
Wahai Penguasa Semesta, hadirkan hujan untukku. Turunkan air kesegaranmu padaku. Selamatkan aku. Bangunkan aku kembali. Jangan biarkan aku terlarut dalam kelayuan. Aku ingin kembali jadi kaktus yang kokoh. Tak bergeming meski badai pasir menghujam gurun. Aku ingin tetap berdiri tegak. Aku ingin tetap bertahan hidup.
Jangan tinggalkan aku sendiri. Kesepian di gurun ini. Aku butuh spesies lain untuk meneruskan rantai kehidupan di komunitas ini. Aku membutuhkan-Mu.
Dengarlah permohonan kaktus ini. Kaktus yang kini membungkuk sendiri. Diserang kelemahan dan keputusasaan. Kaktus yang ingin berdiri tangguh lagi meskipun sulit. Kaktus yang kembali ingin mempertahankan hidupnya.
Wahai Pemilik Semesta, beri aku kesempatan. Kaktus ini ingin tersenyum lepas kembali.
No comments:
Post a Comment