Saturday, 6 August 2011

Perlindungan bagi Sang Kristal

05 Agustus 2011
0:05

Sebuah sudut pandang terlahir kembali hari ini…

Tentang hal yang sebelumnya hanya berputar-putar sendiri di kepala saya,
namun hari ini dia telah tumpah dalam sharing yang menyenangkan…

Perempuan, wanita, akhwat…
Bagi saya, mereka adalah makhluk yang sulit, kesulitan, dan menyulitkan…
Mungkin banyak kaum hawa yang akan membantah habis-habisan pernyataan ini..
mereka yang selama ini merasa bahwa terlahir sebagai wanita adalah sebuah kenikmatan belaka.
Namun, setelah hari ini, saya semakin menyadari tantangan besar yang telah menyertai lahirnya seorang wanita.

Wahai bunga-bunga peradaban, simak dulu yang satu ini…

Kalau ada quote berkata, 'Susahnya jadi perempuan', saya sepakat dengan statement itu..
Betapa tidak???
Wanita memang terlahir dengan segenap tanggung jawab besar yang telah menantinya di masa depan, calon pemegang berbagai peranan penting dalam kehidupan.
Ketika peranan-peranan tersebut mulai dipijaki, maka semakin dekatlah seorang wanita dengan kesempurnaan kodratnya. Keharusan demi mencapai kesempurnaan.

Tidak hanya itu.
Bahkan, ketika peranan itu masih jauh di ujung jalan pun, seorang wanita senantiasa diiringi kewajiban penting yang teramat sangat besar pertanggungjawabannya.
Ya,wanita wajib melindungi.
Statement ini pasti mematahkan anggapan kuno yang menghakimi bahwa wanita adalah makhluk yang hanya perlu dilindungi. Anggapan yang memunculkan wanita dalam performance yang seolah sarat kelemahan dan keterbatasan.
Dengan ini, wanita berhak berkata pada dunia bahwa mereka tidak perlu dipahamkan lebih dalam lagi soal lindung-melindungi, karena itu bukan hanya sekedar kebutuhan yang dapat mereka dapatkan dari luar, tetapi sebuah kewajiban yang harus mereka upayakan sendiri.

Melindungi.
Apa gerangan yang menyebabkan wanita wajib melindungi diri mereka sendiri??
Melindungi di sini tidak hanya berkonteks pertahanan dari bahaya-bahaya fisik yang kerap mengancam. Rasanya belumlah cukup iklan-iklan di televisi yang hanya menawarkan produk-produk perlindungan terhadap beberapa bagian saja, seperti kulit maupun rambut.
Wanita membutuhkan perlindungan yang jauh lebih dari itu.

Wanita itu bagaikan kristal dengan detail yang luar biasa indah, yang berharga teramat tinggi. Bahayanya, jika kristal itu tergoyah, jatuh, dan pecah, maka bukan hanya kerugian finansial yang akan diderita oleh pemiliknya, namun, serpihan-serpihannya mampu melukai orang-orang di sekitarnya. Menimbulkan luka yang bisa jadi sangat menyakitkan.
Ancaman tersebut, kini seolah menuntut sang kristal untuk menjaga keutuhannya sendiri, tanpa hanya bergantung pada penjagaan oleh orang-orang di sekitarnya.

Seperti itulah wanita..
Kini mari memperdalam makna perlindungan tersebut.

Seperti kristal tadi, memiliki detail yang luar biasa indah. Mampu membuat setiap orang yang melihatnya, terkagum dan segera tergerak untuk memperebutkannya. Namun, hanya seorang yang mampu membeli kristal tersebut dengan penghargaan yang paling tinggi serta proteksi yang paling aman lah yang berhak memiliki keindahan kristal tersebut.

Terlarang lah kristal tersebut bagi sembarang tangan yang ingin asal menyentuh dan merasakan detailnya yang cemerlang. Karena hal itu luar biasa berbahaya, resiko terjatuh dan hancur berkeping menjadi ancaman tersendiri bagi sang kristal.

Itulah yang membuat sang kristal dituntut unjuk melindungi dirinya sendiri.
Seperti itulah wanita, wajib melindungi dirinya dari ancaman sentuhan-sentuhan jahil dan maksud-maksud terselubung yang mampu mencoreng pesonanya.

Lalu, perlindungan seperti apa yang wajib diterapkan oleh kaum wanita??
Membahas hal ini kelak akan memunculkan komentar yang beraneka ragam.

Pertama, perlindungan terhadap area-area istimewa yang dikenal sebagai aurat.
Memang, kaum pria pun memiliki aurat mereka sendiri, namun, tidak dapat dipungkiri bahwa aurat wanita memang lebih berharga dan dapat menimbulkan efek samping yang lebih fatal apabila tidak terjaga. Maka penjagaan terhadap hal ini menjadi syarat paling dasar yang wajib dipenuhi oleh setiap wanita.

Kedua, perlindungan terhadap etika perilaku.
Hal ini juga esensial, dan kebanyakan membutuhkan proses yang lebih ketat dalam penjagaannya.
Banyak sekali etika perilaku yang harus dijaga oleh para wanita. Mulai dari etika interaksi dengan lawan jenis sampai kepada etika berbicara. Sangat detail dan spesifik memang, bahkan mungkin ada yang menerima hal tersebut sebagai sebuah keterbatasan yang diterapkan pada kaum wanita.

Perlindungan yang harus dilakukan oleh kaum wanita tidak berhenti sampai di sini. Bahkan, dari dua jenis perlindungan itu saja banyak yang masih belum berhasil menerapkannya dengan sempurna.
Sekali lagi ditegaskan bahwa, apabila wanita tidak bisa melindungi dirinya sendiri, maka mudharat lah yang akan menimpa banyak pihak, tidak hanya merugikan dirinya sendiri, namun juga dapat merusak prediksi akan cemerlangnya generasi penerus peradaban. Maka, panggillah kembali hati para wanita untuk senantiasa memuliakan diri mereka sendiri. Menjaga agar yang mulia senantiasa termuliakan.

Tulisan ini bukan sekedar pemantik semangat feminisme belaka, namun juga sebagai sebuah pelajaran bagi setiap pihak, khususnya penulis, agar mampu lebih menjaga kenikmatan yang telah dianugerahkan oleh ALLOH Yang Maha Pemberi.

Terakhir, sebuah pesan untuk kaum hawa, calon ibu peradaban, bahwa apa yang telah melekat pada setiap pribadi adalah amanah, yang mana menjaganya adalah sebuah ibadah. Maka senantiasa niatkan segala ikhtiar hanya demi memperoleh cinta dari Sang Pemberi Amanah. Jadikan belajar dan berproses sebagai bagian dari ikhtiar tersebut.

No comments:

Post a Comment